Neutron Yogyakarta

ODGJ Penerima Layanan Rehabilitasi Meningkat

ODGJ Penerima Layanan Rehabilitasi Meningkat
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Bantul Tatik Windari.GREGORIUS BRAMANTYO/RADAR JOGJA 

RADAR MAGELANG – Dinas Sosial (Dinsos) Bantul mencatat peningkatan pelayanan rehabilitasi orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) pada semester pertama 2023. Setidaknya ada 39 ODGJ yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi. Sedangkan pada semester pertama tahun lalu, hanya ada 24 ODGJ yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi.

Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Bantul Tatik Windari mengatakan, angka tersebut belum tentu meningkat. Sebab bisa jadi, ada orang yang dilayani pada bulan ini, kemudian mendapatkan pelayanan pada bulan sebelumnya.

Tatik menyebut, orang yang mendapatkan rehabilitasi tersebut rata-rata warga Kabupaten Bantul. Orang yang mendapatkan rehabilitasi itu telah dilaporkan dari masyarakat serta rujukan dari sejumlah puskesmas.

Baca Juga: Penyebab Kasus ODGJ di Sleman Beragam

Rata-rata, lanjutnya, orang yang berstatus penyandang disabilitas mental dan mendapatkan rehabilitasi itu berasal dari kalangan usia 41-50 tahun. “Ada 36 persen orang dari kalangan usia itu yang mendapatkan rehabilitasi,” katanya Selasa  (24/10).

Kemudian disusul oleh kalangan usia 20-30 tahun sebanyak 28 persen. Usia 31-40 tahun dengan 23 persen, dan usia 51 tahun ke atas sebanyak 13 persen.

Dia menjelaskan, rehabilitasi ODGJ atau penyandang disabilitas mental diberikan melalui fasilitas kesehatan di sejumlah rumah sakit jiwa. Maupun balai rehabilitasi sosial di Kabupaten Pati, Jawa Tengah di bawah naungan Kementerian Sosial.

Baca Juga: Flyover Jombor Kerap Jadi Tempat Mangkal ODGJ dan Anjal

Tatik menyebut, penyebab rata-rata orang mengalami penyandang disabilitas mental karena depresi pekerjaan maupun depresi kehidupan rumah tangga. Namun bisa juga penyebab penyandang disabilitas mental itu muncul karena ada hal-hal yang memang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. “Misalnya dalam menggapai sesuatu,” jelasnya.

Maka dari itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk selalu menjalin komunikasi di antara anggota keluarga. Serta mengutamakan sikap saling peduli. Kemudian, orang-orang yang menyandang status sebagai disabilitas mental itu sebisa mungkin diberikan perhatian, perawatan, maupun pengobatan yang tepat. “Karena itu menentukan proses penyembuhan orang yang menyandang status sebagai disabilitas mental,” ujar Tatik.

Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul juga melakukan deteksi dini pada Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) sebagai upaya preventif gangguan jiwa. Upaya pencegahan dimulai dari mencari orang yang berpotensi terkena gangguan jiwa. Terutama masyarakat berisiko. Seperti mereka yang biasanya mengalami perubahan siklus hidup. “Perubahan siklus hidup ini bisa menimbulkan menjadi orang yang punya risiko memiliki masalah kejiwaan,” kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes Bantul Fera Nose.

Baca Juga: Mengenal Pondok Tetirah Dzikir, Sembuhkan ODGJ dan Pecandu Narkoba Lewat Dzikir

Selain itu, Dinkes Bantul juga melakukan screening kepada orang dengan penyakit kronis yang harus terus berobat. Juga kepada orang dengan beban kerja tinggi. “Dari screening tersebut, jika memang berpotensi bermasalah, akan ditindaklanjuti,” ungkapnya. (tyo/eno)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)