Neutron Yogyakarta

Begini Tampang Ayah Bejat di Sleman yang 11 Tahun Perkosa Anak Kandungnya

Begini Tampang Ayah Bejat di Sleman yang 11 Tahun Perkosa Anak Kandungnya
Ayah bejat di Sleman yang memperkosa anak kandungnya selama 11 tahun dihadirkan di Mapolres Sleman (ELANG KHARISMA DEWANGGA/RADAR JOGJA)

RADAR PURWOREJO – Pelaku pemerkosaan terhadap anak kandungnya sendiri Basiroh, 47 ditampilkan ke hadapan awak media di Mapolresta Sleman. Begini tampangnya. Basiroh menggunakan kaos berwarna orange bertuliskan tahanan di bagian belakangnya. Pria berkepala plontos itu dihadirkan oleh polisi bercelana pendek warna merah.

Namun, wajahnya tidak terlihat jelas sepenuhnya. Hal itu karena Basiroh menggunakan masker. Dia dibantu oleh dua tongkat di kedua tangannya untuk berjalan. Penyebabnya karena kakinya mengalami luka akibat kecelakaan yang pernah dialaminya.

Kasat Reskrim Polresta Sleman AKP Riski Adrian menyampaikan, anak kandung Basiroh diperkosa sudah selama 11 tahun dari kelas 2 SD hingga tamat SMA. Sebelum ditetapkan sebagai tersangka, polisi melakukan pemeriksaan terhadap tiga orang saksi kunci. Ketiganya ialah, ibu korban, pacar korban dan kepala dukuh di rumah korban.

Baca Juga: Kelakuan Bejat sang Ayah, Anak Korban Pemerkosaan Ayah Kandung Pernah Menolak Tetapi Malah Dibanting

“Kami diperkuat tiga alat bukti untuk menetapkan pelaku sebagai tersangka,” ujarnya, Kamis (26/10/23).

Ketiga bukti ialah visum et repertum, visum psikiatrikrum, dan video. Adrian, mengatakan, korban sudah beberapa kali menyampaikan kepada ibunya. Namun, pelaku selalu membantahnya tidak melakukan perbuatan keji itu.

“Akhirnya si korban saat pelaku berbuat keji dia merekamnya untuk meyakinkan perbuatan pelaku benar seperti yang diceritakannya,” tambahnya.

Basiroh dijerat Pasal 81 juncto Pasal 82 UU 17 Tahun 2016 atas perubahan UU Nomor 23 Tahun 2022 Tentang perlindungan anak. Tersangka terancam hukuman penjara minimal lima tahun dan maksimal 15 tahun.

Dari pengakuan Basiroh, dia tega memperkosa anak kandungnya karena ditinggal oleh istrinya ke luar negeri untuk bekerja. Istrinya menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) sehingga membuat pelampiasan hawa nafsunya ke anaknya sendiri.

 Baca Juga: Bejat Maksimal, Terpengaruh Film Porno, Bocah Penderita TBC Tewas Usai Dicabuli  oleh Pamannya Berkali-kali

Korban inisial HMP anak semata wayang pelaku dan tinggal hanya bersama Basiroh selama beberapa tahun. Namun, sekarang ibunya sudah berada di Indonesia. “Ini kakinya sakit karena kecelakaan,” ucap Wakasat Reskrim Polresta Sleman AKP Eko Haryanto.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sleman Wildan Solichin mengaku jumlah kekerasan seksual di wilayahnya sangat banyak.

Hal itu karena, jumlah laporan yang bermunculan dari sejumlah tempat di Sleman. Namun, dia tidak dapat memastikan angka pastinya jumlah banyaknya itu.

Menurutnya, penyebab tingginya karena sudah dilakukan edukasi ke masyarakat agar berani melapor. Kondisi itu secara otomatis berefek menjadi tinggi dan naik jumlahnya.

Baca Juga: Bejat! Bapak di Sleman Tega Setubuhi Anak Kandungnya Selama 5 Tahun

“Sehingga efek dari kita mengedukasi masyarakat untuk berani lapor itu akhirnya ya angkanya menjadi tinggi. Itu yang terjadi di Sleman seperti itu,” ungkapnya.

Menanggapi peristiwa yang baru saja terjadi oleh HMP itu harus diedukasi. Wildan mengklaim, selama ini di tingkat SD dan SMP sudah diedukasi. Bahkan, sekarang sudah merancang rencana aksi kolaborasi dengan Dinas Pendidikan Sleman. Prosesnya nanti, DP3AP2KB berada di ranah luar sekolah dan Dindik berada di sekolah.

Lanjutnya, di luar sekolah akan dilakukan edukasi bersama kelompok-kelompok remaja. Sedangkan di dalam sekolah nanti ada muatan edukasi dari DP3AP2KB Sleman. “Dengan begitu, diharapkan, ketika anak mengalami pelecehan oleh siapapun di keluarganya ya segera lapor agar tidak terulang-ulang,” tambahnya.

Baca Juga: BKAD Sleman Genjot Pemanfaatan Aset Daerah Untuk Maksimalkan PAD

Namun, jika tidak ada langkah lanjutan untuk melaporkannya akan ada kecenderungan potensi untuk mengulang. Wildan mengungkapkan, kegiatan tersebut sudah jalan di sejumlah sekolah Sleman namu  belum begitu masif.

“Sekolah-sekolah sudah banyak yang meminta kami menjadi narasumber. Tapi presentasenya masih kecil,” jelasnya. (rul/pra)

Lainnya