Neutron Yogyakarta

Kolaps, Primissima Rumahkan Ratusan Karyawan, Disnakertrans Sebut Sedang Melakukan Proses Pembinaan

Kolaps, Primissima Rumahkan Ratusan Karyawan, Disnakertrans Sebut Sedang  Melakukan Proses Pembinaan
SEPI: Suasana di sekitar kawasan PT Primissima yang beralamat Dusun Sebayu, di Jalan Magelang Km 14, Kalurahan Triharjo, Sleman, Selasa (31/10).IWAN NURWANTO/RADAR JOGJA

RADAR MAGELANG – PT Primissima, perusahaan di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diduga kolaps atau mengalami kebangkrutan. Ratusan karyawan dari perusahaan yang memproduksi kain itu pun kini telah dirumahkan.

Pantauan Selasa (31/10), PT Primissima yang beralamat di Dusun Sebayu, Jalan Magelang Km 14, Triharjo, Sleman, terlihat sepi. Tidak ada aktivitas produksi maupun pegawai di sekitar pabrik. Tempat produksi maupun kantor manajemen perusahaan ini juga terlihat lengang.

Dari informasi yang berhasil dihimpun Radar Jogja, para pegawai pabrik produsen kain itu diketahui sudah diliburkan atau dirumahkan oleh perusahaan sejak 25 Oktober 2023. Setidaknya ada 400 sampai 500 karyawan yang bekerja di perusahaan itu.

Baca Juga: PT Primissima Diduga Rumahkan Ratusan Pegawainya, Disnakertrans Sleman : Sedang Proses Pembinaan

Penyebab kolapsnya perusahaan yang pernah jaya di era tahun 1980-an itu, diduga karena menurunnya permintaan produksi kain. Sehingga membuat pabrik menghentikan sementara aktivitas produksi barang-barang tekstil.

“Dulu saat jaya tahun 80-an karyawannya banyak sekali, sekitar 1.200 lebih. Tapi seiring waktu permintaan produksi terus menurun, mungkin karena tidak bisa bersaing dengan Tiongkok dan India, di mana bahan baku berupa kapas mereka punya. Kalau Indonesia, termasuk di Primissima ini kan impor,” ujar seorang mantan karyawan Primissima yang belum lama pensiun setelah 30 tahun bekerja di perusahaan itu.

Ia menyebut, tanda-tanda PT Primissima mulai kesulitan keuangan dirasakan ketika pesangon yang ia terima tidak dibayarkan 100 persen sekaligus, melainkan dengan cara dicicil. “Jadi tidak seperti pesangon, karena dicicil setiap bulan. Ya, tidak bisa untuk modal usaha,” ungkapnya.

Baca Juga: BSI & Relawan Bakti BUMN Dorong Kualitas Pendidikan hingga Ekonomi Masyarakat Aceh

Ia mengungkapkan, yang ia ketahui dari para karyawan yang dirumahkan itu kemungkinan dipekerjaan kembali awal tahun 2024. Itu pun juga belum ada kepastian. “Katanya sih karyawan yang dirumahkan itu tetap mendapat gaji tapi 25 persen. Untuk bekerja lagi, ya belum pasti juga Januari. Wong untuk bayar listrik saja sudah tidak bisa. Listrik sudah disegel oleh PLN,” ungkapnya.

Soal kini tidak adak adanya penerangan di sekitar kawasan pabrik, disampaikan warga yang sering melalui jalan itu setiap malamnya. Dulu jalan antara Medari hingga Kalirase pada malam hari hari terang benderang, kini menjadi gelap gulita. Lampu penerangan di sepanjang jalan itu ikut padam bersamaan tidak produksinya perusahaan itu.

“Wah, benar-benar gelap gulita. Pokoknya jadi horor sekarang kalau lewat Primissima hingga pertigaan sekolah MI. Ini rawan tindak kejahatan dan kecelakan,” ungkap Ami, pemuda yang tiap hari harus melewati kawasan itu.

Baca Juga: Dilaporkan Eks CEO ke Disnaker DIJ, Manajemen PT PSS Siap Sidang

Dikonfirmasi terkait hal ini, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Sleman Sutiasih mengaku sudah mengetahui tentang dirumahkannya ratusan pegawai PT Primissima. Pihaknya kini tengah melakukan proses pembinaan. “Kami sudah mengagendakan untuk bertemu dengan pimpinan PT Primissima,” ujar Sutiasih saat dikonfirmasi Selasa (31/10).

Radar Jogja telah berupaya untuk mengkonfirmasi masalah ini kepada direksi PT Primissima. Hanya saja, ketika berada di lokasi pabrik, petugas keamanan menyampaikan kalau jajaran direksi sedang berada di luar kota. (inu/laz)

Lainnya