Neutron Yogyakarta

Ribuan Peserta dari 33 Provinsi Ikut Swayamvara Tripitaka Gatha, Ada Lomba Pembacaan Dhammapada Hingga Paritta

Ribuan Peserta dari 33 Provinsi Ikut Swayamvara Tripitaka Gatha, Ada Lomba Pembacaan Dhammapada Hingga Paritta
PARADE: Perwakilan peserta dari masing-masing kontingen unjuk gigi sebelum berkompetisi di Gedung Tri Bakti, Kota Magelang, Kamis (2/11). (Naila Nihayah/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Swayamvara Tripitaka Gatha (STG) kembali dihelat di Kota Magelang. Agenda rutin tiga tahunan ini menjadi ajang untuk menumbuhkan keyakinan terhadap ajaran Buddha Dhamma melalui kompetisi.

Para peserta yang terdiri dari 33 provinsi ini melakukan pengkajian dan pengembangan nilai-nilai kitab suci Tripitaka lewat pendekatan budaya.

Ketua Umum Lembaga Pengembangan Tripitaka Gatha Nasional (LPTGN) David Herman Jaya menuturkan, sebetulnya perhelatan ini hendak digelar pada 2020.

Tapi, karena pandemi, kontestasi tersebut ditiadakan dan kembali dihelat pada 2023 ini selama lima hari.

Baca Juga: Umat Buddha Dukung Chattra Dipasang di Atas Stupa Induk

STG ke-XI kali ini mengusung tema Meningkatkan Kebersamaan dan Sinergitas Umat Buddha untuk Indonesia Maju.

Menurutnya, perhelatan ini memiliki peran penting dalam pembinaan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Buddha yang bersumber dari ajaran kitab suci Tripitaka.

Dia menyebut, ada hal utama yang hendak dicapai pada STG kali ini. Yakni peningkatan kualitas keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Sang Buddha.

“Dalam STG, kita tidak sekadar lomba, bersaing, dan memperebutkan hadiah, tapi menjadikan nilai-nilai Tripitaka secara nyata dalam kehidupan sehari-hari,” terangnya, Kamis (2/11).

Sebanyak 1.254 peserta dari 33 provinsi di Indonesia turut ambil bagian dalam perhelatan STG ini. Ada 175 kontingen mengikuti lomba utama dan 135 kontingen berpartisipasi untuk lomba penunjang. Terakhir, STG ini diselenggarakan di Candi Borobudur pada 2017 lalu.

Baca Juga: Dinilai Menambah Aura Spiritualitas Umat Buddha, Kemenag Dukung Pemasangan Chattra Candi Borobudur

David menjelaskan, STG merupakan lomba seni yang memperebutkan piala Presiden. Ada tujuh perlombaan utama yang terdiri dari pembacaan Dhammapada, sutra mantra, gatha, paritta, serta pembacaan Dhammadesana (ceramah) berbahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin.

Kemudian, ada juga tujuh perlombaan penunjang. Antara lain seni kaligrafi, menyanyi solo, cipta tari kreasi, paduan suara, bercerita Buddhis, barongsai tradisional, hingga cipta boga vegetarian.

Lalu, dua perlombaan ekshibisi, yakni pembacaan dokyo shodai dan paritta berbahasa daerah masing-masing.

Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi Jawa Tengah Tegoch Hadi Noegroho menyambut baik perhelatan STG kali ini. Dia berharap, lewat STG, persahabatan antarkontingen secara luas akan terjalin dengan baik.

Baca Juga: Dapat Rp 12,9 Miliar Ganjar Prabowo Akan Sedekahkan 2,5 Persen

Termasuk, mengimplementasikan ajaran Sang Buddha dengan segala pesan perdamaian, kebijaksanaan, dan kasih sayang.

Menurutnya, kegiatan ini menjadi bagian dari upaya pembentukan karakter bangsa Indonesia. “Hari ini kita berkumpul dalam semangat kebersamaan dan persatuan untuk merayakan warisan kebijaksanaan Sang Buddha yang telah memberikan inspirasi dan panduan bagi banyak generasi,” paparnya.

Di satu sisi, STG ini menjadi kegiatan positif sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan yang terkandung dalam kitab suci Tripitaka. Apalagi, pengimplementasiannya melalui berbagai kegiatan kompetisi.

Baca Juga: Jadi Destinasi Wisata sekaligus Edukasi dan Ekonomi, Tata Ulang Pedagang di Kebun Raya Gunung Tidar

Selain itu, STG juga merupakan media bagi umat Buddha seluruh Indonesia untuk meningkatkan persaudaraan dan berbagi pengalaman serta pengetahuan.

Penanaman nilai pancasila dan agama, kata dia, harus betul-betul dikuatkan di semua tataran. Guna membentengi diri dari pengaruh negatif yang mengintai setiap saat.

Tegoch berpesan, agar para peserta berkompetisi secara sehat, senantiasa menjaga semangat kejujuran, dan selalu menyebarkan kebaikan.

“Selamat berlomba. Raih prestasi terbaik dengan tetap mengedepankan persaudaraan,” tegasnya.

Wakil Menteri Agama RI Saiful Rahmat Basuki mengatakan, STG diibaratkan sebagai Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) dalam agama Islam. Yang mana merupakan lomba keagamaan dengan tujuan bukan semata-mata mencari kejuaraan atau kemenangan. Tapi, merajut persatuan dan kesatuan.

Baca Juga: Tanam Jagung Manis di Lahan TNI AD, Implementasikan Program Gerakan Nasional Ketahanan Pangan

Tujuan lainnya adalah bagaimana umat Buddha dapat mengkaji dengan lebih mendalam esensi dan nilai-nilai yang terkandung di dalam kitab suci Tripitaka. Dengan begitu, pemahaman dan spiritualitas beragama lebih meningkat.

Dia optimistis, LPTG telah melakukan kajian yang mendalam mengenai materi Tripitaka yang layak dilombakan sebagai lomba pokok dalam STG.

Hal ini semata-mata agar materi tersebut, baik paritta, gatha, mantra, dan Dhammapada tidak melenceng dari esensi Tripitaka maupun atthakatha atau tafsirnya.

Baca Juga: Bupati Minta OPD Gercep Serap Anggaran 2023, Realisasi Keuangan Pemkab Magelang Capai 54,94 Persen

Yang terpenting, lanjut dia, perhelatan ini dilaksanakan agar umat Buddha dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan (sradha dan bhakti) kepada Tuhan yang Maha Esa dan Sang Tri Ratna.

“Sehingga dalam berpikir, bertutur, dan berbuat senantiasa berpedoman pada nilai-nilai luhur ajaran agama Buddha,” terangnya. (aya/amd)

Lainnya