Neutron Yogyakarta

Datang Pukul 09.00 Baru Dapat Air Pukul 13.30, Krisis Air Bersih, Warga Dusun Suwanting Rela Antre Berjam-jam

Datang Pukul 09.00 Baru Dapat Air Pukul 13.30, Krisis Air Bersih, Warga Dusun Suwanting Rela Antre Berjam-jam
MENUNGGU: Warga Dusun Suwanting harus menunggu berjam-jam di sumber mata air Tuk Kalijurang demi memenuhi kebutuhan air bersih.Naila Nihayah/Radar Jogja

RADAR MAGELANG – Sebagian besar warga Dusun Suwanting, Sawangan harus bersusah payah untuk mendapatkan pasokan air bersih. Meski beberapa daerah sudah turun hujan, tapi dampak kekeringan masih dirasakan oleh warga. Termasuk Dusun Suwanting, Banyuroto, Sawangan. Mereka rela antre berjam-jam demi mendapatkan air bersih.

Warga Dusun Suwanting Anis Salsabila mengaku, ntuk mengisi satu jeriken berukuran 35 liter, dia membutuhkan waktu setengah jam agar benar-benar penuh. “Kalau (jeriken) kecil 15 liter, paling tidak butuh waktu 20 menit. Kalau yang besar (ukuran 35 liter), setengah jam lebih,” tuturnya, Senin (6/11).

Selama beberapa bulan ini, dia biasanya mengambil air setiap tiga hari sekali. Bahkan, Anis terkadang mengambil air setiap hari. Dia menyebut, saban hari selalu datang sekitar pukul 09.00. “Kadang 13.30 baru dapat (antrean ambil air). Saya biasa ambil air 10 jeriken, digunakan tiga hari, dan itu untuk tiga orang,” katanya.

Baca Juga: Desa Kaligono Alami Kekeringan Ekstrem, Tiap Hari Harus Droping Air Bersih

Diakuinya musim kemarau yang sudah dialami sejak empat bulan ini, membuat pasokan air bersih di dusunnya semakin menipis. Meski mengalir dari lereng Gunung Merbabu. Karena debit air yang mengalir, semakin mengecil.

Anis menuturkan, untuk sampai ke sumber mata air Tuk Kalijurang, warga harus menempuh jarak sekitar 500 meter hingga satu kilometer. Air yang mengalir pun, tidak seluruhnya untuk warga Dusun Suwanting. Lantaran memang mengaliri beberapa dusun lain di Desa Banyuroto.
Sistemnya, lanjut dia, air itu mengalir bergiliran. Saluran pipa yang seharusnya mengalir ke dusun lain, harus dipotong di tengah jalan untuk dimanfaatkan warga Dusun Suwanting. “Kalau pagi-sore untuk warga sini (Dusun Suwanting), kalau malam ke dusun lain,” bebernya.

Air di Tuk Kalijurang itu memang tidak pernah mati. Meskipun saat musim kemarau ini, debit airnya semakin mengecil. Tapi, sumber mata air itu tetap diburu warga setempat. “Tahun lalu juga ke sini (Tuk Kalijurang). Setiap kekeringan larinya ke sini,” ungkapnya.

Baca Juga: BRI Cilacap Salurkan Air Bersih untuk Atasi Kekeringan akibat Kemarau Panjang

Sementara itu, warga Dusun Suwanting lain Darto mengatakan, sudah hampir tujuh tahun dia mengambil air dari Tuk Kalijurang. Dia memang sengaja memakai diesel agar lebih cepat. Dalam kurun waktu satu jam, dia mendapat satu toren.Sedangkan jarak mata air ke rumahnya, menghabiskan paralon sekitar 100 buah atau 400 meter. “Kalau musim kemarau, selangnya dua rol. Setiap kemarau pasti gini (ambil air dari Tuk Kalijurang) pakai diesel karena lebih cepat,” terangnya.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edi Wasono mengatakan, sudah ada 44 desa di 13 kecamatan yang kekurangan air bersih. Sampai saat ini, BPBD sudah mendistribusikan air bersih sekitar 3,7 juta liter.

Distribusi air bersih itu bakal terus dilakukan kepada desa-desa yang terdampak kekeringan. Dari jumlah kecamatan yang kekurangan air bersih, paling parah adalah Kecamatan Tegalrejo dan Pakis. Ada perluasan daerah yang mengalami kekeringan. “Untuk Kecamatan Borobudur, hanya daerah itu-itu saja. Tidak bertambah,” ujar dia. (aya/pra)

Lainnya