RADAR PURWOREJO – Suasana haru dan isak tangis menghiasi proses pembinaan dan penyuluhan terhadap 26 pelajar SMK Yudya Karya yang terlibat pengeroyokan pada Rabu (29/11/2023) lalu.
Usai mendapat renungan, masing-masing orang tua diminta menyisir rambut anaknya. Lalu, dilanjutkan sungkem kepada orang tua.
Seperti diketahui, 26 pelajar itu melakukan konvoi dengan membawa senjata tajam (sajam) berupa celurit di Jalan Urip Sumoharjo, Wates, Magelang Utara.
Dari jumlah itu, lima di antaranya harus menjalani proses hukum karena melukai dua orang dengan sajam yang dibawa.
Kapolres Magelang Kota AKBP Yolanda Evalyn Sebayang memang berkomitmen untuk menindak tegas terhadap kenakalan remaja di wilayahnya.
Sehingga dia mengadakan pembinaan dan penyuluhan kepada 26 pelajar tersebut. Dengan mengundang orang tua dan guru.
Baca Juga: Artis Lawas Kiki Fatmala Tutup Usia, Berikut Daftar Film dan Sinetron yang Pernah Dibintanginya
Pembinaan ini, kata dia, sebagai upaya memberikan efek jera kepada mereka. Dengan begitu, kejadian serupa tidak terulang kembali.
Dia menyebut, para pelajar yang terbukti membawa sajam dan melukai orang, tetap diproses secara hukum.
Kini, kelima pelajar itu resmi ditahan di Polres Magelang. Namun, tiga di antaranya masih di berusia 16 dan 17 tahun.
Hanya saja, sesuai dengan undang-undang yang berlaku, jika mereka terlibat tindak pidana dan ancaman hukumannya di atas tujuh tahun, bisa dilakukan penahanan.
HARU: Para pelajar SMK Yudya Karya bersujud di kaki orang tuanya buntut pengeroyokan di Jalan Urip Sumoharjo, Wates, Magelang Utara. (Naila Nihayah/Radar Jogja)Sementara 21 pelajar lainnya, diserahkan kepada oeang tua dengan menandatangani surat pernyataan.
“Yang terbukti melakukan tindak pidana, terima dan jalani. Bukan justru semakin berbuat kejahatan lain,” ujarnya, Jumat sore (1/12/2023).
Baca Juga: Ada yang Baru di Stasiun Tugu Jogjakarta. Apa itu?
Dalam pembinaan kali ini, Polres Magelang Kota sengaja membuat kegiatan khusus untuk 26 pelajar yang terlibat masalah. Kegiatan diawali dengan sesi bercerita dari masing-masing pelajar. Kemudian, dilanjutkan salat Jumat bersama dan mengundang orang tua.
Yolanda menilai, selama ini banyak pelajar yang kehilangan momentum khusus bersama orang tuanya. Sehingga kegiatan ini menhadi pemicu agar komunikasi dengan masing-masing orang tua, semakin harmonis.
Anak-anak, lanjut dia, rata-rata menyalahkan kondisi di rumahnya. Mulai dari faktor ekonomi, menjadi sasaran pukul, hingga kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
“Itu hal yang diungkapkan anak-anak. Sehingga mereka melampiaskannya di luar (rumah),” bebernya.
Yolanda berharap, pembinaan ini dapat menyadarkan para pelajar untuk tidak mengulangi hal serupa.
Para guru dan orang tua juga diharap bisa membina anak didiknya masing-masing.
Baca Juga: Desember Disambut dengan Lagu Back to December Milik Taylor Swift, Ini Liriknya
“Untuk sekolah, kami akan memberi pendampingan. Terutama kepada anak-anak didiknya,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala SMK Yudya Karya Hardiyanto mengutarakan, kejadian yang menimpa anak didiknya menjadi pembelajaran berharga bagi pelajar lain.
Sebetulnya, kata dia, sekolah rutin menggelar pembinaan karakter dengan menggandeng polisi, TNI, maupun Satpol PP.
Selama ini, dia menyebut, ketika ada operasi mendadak (sidak) di tiap-tiap kelas, tidak ditemukan sajam.
Termasuk saat melakukan sidak di warung-warung yang biasanya digunakan anak didiknya untuk menongkrong. Justru dia mengetahui hal itu setelah terjadi pengeroyokan.
Untuk 21 pelajar, kata dia, akan terus dilakukan pembinaan.
“Besok Senin, tetap datanglah ke sekolah tepat jam 08.00. Termasuk orang tua juga harus datang. Sedangkan untuk lima anak yang ditahan, sekolah masih menunggu putusan dari Polres Magelang Kota,” paparnya. (aya/mel)