RADAR MAGELANG – Mengenakan pakaian serba putih, para peserta Pabbajja Samanera Sementara melakukan pradaksina. Mereka mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali. Sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Buddha sebelum melaksanakan upacara pentahbisan.
Mereka mulai mengelilingi candi sekitar pukul 7.15 WIB. Berbaris rapi dengan membawa bunga sedap malam.
Mereka tampak khidmat melantunkan doa mesti satu per satu pengunjung mulai memadati kompleks candi.
Ketua panitia Pabbajja Samanera Sementara 2023 Fatmawati menuturkan, pradaksina menjadi rangkaian kegiatan yang dinilai penting bagi peserta.
Baca Juga: Sosialisasi Hasil Studi Dampak Sosial-Ekonomi, Traveloka Dorong Pertumbuhan Pariwisata Berkelanjutan
Sebelum calon samanera ditahbiskan, mereka diminta untuk melakukan penghormatan pada Buddha, Dhamma, dan Sangha melalui pradaksina.
“Pradaksina adalah salah satu cara penghormatan tertinggi dan yang bisa kami berikan kepada Sang Buddha,” ujarnya usai kegiatan pradaksina.
Sementara pentahbisan merupakan upacara pengukuhan bahwa para peserta mengikuti pelatihan serta melepaskan keduniawian. Yang ditandai dengan mengenakan jubah kuning, layaknya seorang biksu.
Fatmawati menambahkan, dibanding tahun sebelumnya, program Pabbajja Samanera Sementara kali ini kedatangan 300 tamu asing. Mulai dari Thailand, China, Singapura, Malaysia, Vietnam, Laos, Kamboja, Amerika Serikat, hingga Ukraina.
Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI) sebagai penyelenggara, berkeinginan untuk ikut mempromosikan Candi Borobudur di kancah internasional.
“Di mata tamu-tamu asing, kami ingin mereka membawa kenangan indah setelah dari sini,” kata dia.
Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha, Dirjen Bimas Buddha, Kemenag RI Nyoman Suriadarma menyambut baik program tersebut. Apalagi kegiatan ini rutin dilaksanakan saban tahun oleh MBMI di Candi Borobudur.
Dia menjelaskan, Pabbajja Samanera Sementara ini melatih setiap orang agar mengenal kehidupan seorang petapa.
“Bagaimana mereka saat pelatihan, melepas keduniawian. Ini menjadi bentuk melatih diri sendiri agar ke depan, paling tidak, bisa punya mental dan moral yang kuat,” ujarnya.
Sebab, setelah kegiatan ini selesai, mereka bakal kembali pada kehidupannya masing-masing.
“Kalau memang mereka tertarik untuk menjadi biksu, sangat boleh. Justru kami mengharapkan itu, agar banyak melahirkan biksu-biksu yang baru untuk membina di Indonesia,” imbuhnya. (aya/mel)