Neutron Yogyakarta

Ada 2.762 Relief Candi Borobudur Gambarkan Aneka Pangan Lokal

Ada 2.762 Relief Candi Borobudur Gambarkan Aneka Pangan Lokal
ANTUSIAS: Pada kajian lapangan terbuka, para pengunjung diperbolehkan naik ke struktur Candi Borobudur dengan sejumlah ketentuan. Termasuk penggunaan sandal upanat dan pendampingan dari pemandu wisata.NAILA NIHAYAH/RADAR JOGJA

RADAR MAGELANG – Kemendikbudristek terus mendorong pelestarian kearifan lokal, khususnya di Kecamatan Borobudur yang selama ini sudah mulai luntur. Untuk itu, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA) berupaya untuk menghidupkan kembali kearifan lokal dengan pendekatan budaya spiritual.

Camat Borobudur Subiyanto menambahkan, pewarisan budaya lokal merupakan satu hal yang perlu dilestarikan. Karena mengangkat potensi pangan spiritual di kawasan Borobudur. “Ada tumpeng, sesaji, dan lain-lain. Itu merupakan salah satu mode kebudayaan yang ada,” katanya saat sarasehan masyarakat adat di Balkondes Ngargogondo, Jumat (22/12).

Baca Juga: Pisah Sambut, Kapolres Magelang Kota Diarak Keliling Alun-Alun Naik Tandu

Di sisi lain, ada 2.762 relief Candi Borobudur yang menggambarkan kebudayaan berkaitan dengan aneka pangan lokal. Jika diaktualisasikan dan dikembangkan, lanjut dia, akan menjadi satu atraksi budaya dan kuliner sebagai potensi untuk destinasi wisata.

Direktur KMA, Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud Ristek Sjamsul Hadi mengutarakan, pihaknya sudah mendampingi Kecamatan Borobudur sejak 2021 hingga 2022. Dari 20 desa di Kecamatan Borobudur, sudah teridentifikasi lebih dari 600 potensi dan budaya spiritual yang ada. Bahkan, sudah dikemas dalam sebuah buku.

Baca Juga: Bedah Buku Haji Ibadah, Haji Ilmiah Prof Al Makin, Dikupas Romo Budi Subanar dan Romo Yudono Suwondo

Keragaman itu, kata dia, menjadi bagian dari upaya pelestarian dan mengangkat potensi budaya spiritual di 20 desa di Kecamatan Borobudur. “Sehingga ke depan proses pewarisan itu dapat berkelanjutan,” ujarnya.

Sjamsul juga mendorong Disdikbud Kabupaten Magelang untuk melakukan transfer pengetahuan atau pewarisan kepada peserta didik. Mulai dari tingkat SD hingga SMA. Menurutnya, proses pewarisan budaya itu dirasa penting supaya nilai-nilai adiluhung yang ada di kawasan Borobudur tetap lestari.

Baca Juga: Sebagian Mati, Baru Ada 23 CCTV Publik di Bantul

Sjamsul menambahkan, buku yang sudah ada, bisa menjadi dasar untuk berekspresi dan dibagikan kepada guru penggerak se-Kabupaten Magelang. Sehingga melalui pendekatan program merdeka belajar di satuan pendidikan, ragam pangan lokal, merawat air, serta merawat bumi, bisa ditransfer kepada peserta didik.

Pada 2021 lalu, Direktorat KMA telah menggelar temu kenali dan berdialog dengan sesepuh perwakilan masing-masing desa. Mereka, lanjut dia, banyak menyampaikan hal-hal berkaitan dengan budaya spiritual. “Yang awalnya lisan, kami dorong untuk (menjadi) tulis,” papar Sjamsul.

Baca Juga: Masih Banyak Sampah Liar, Ringroad Selatan Wojo Bantul Dipasangi Spanduk 42 Meter

Selain itu, Direktorat KMA juga bermitra dengan Eksotika Desa untuk membangun gerakan yang berbasis generasi muda melalui pandu budaya. Dia menyebut, sudah ada 45 pandu budaya perwakilan dari 20 desa yang mengidentifikasi potensi budaya spiritual. Seperti ragam tumpeng.

Dengan begitu, pemajuan kebudayaan di kawasan Borobudur menjadi sebuah gerakan yang berbasis masyarakat. Sebab sudah tiga tahun pemerintah melakukan pendampingan dan sudah diimplementasikan di masing-masing desa. Terutama mengangkat potensi budaya spiritual.

Baca Juga: Tips #Cari_Aman Saat Naik Sepeda Motor Bagi Perempuan Ala Honda Istimewa

Disebutkan, ada lebih dari 600 budaya spiritual yang ditemukan di kawasan Borobudur. Temuan itu, kata dia, perlu disinkronkan dengan sejumlah pokok pikiran Kabupaten Magelang untuk dijadikan daya tarik wisata. “Tidak hanya melihat indahnya alam di kawasan Borobudur, tapi juga dikenalkan ragam budaya spiritual yang ada, seperti ragam tumpeng,” jelas dia.

Dengan begitu, tumpeng tersebut dapat lebih dikenal oleh wisatawan dari berbagai daerah. “Kemarin sudah kami dorong di 2021-2022 untuk piloting, ada beberapa desa mengundang tamu dari luar, disajikan, dan dijelaskan. Sehingga wisatawan memiliki pengetahuan dari sini,” imbuhnya. (aya/pra)

Lainnya

Exit mobile version