Neutron Yogyakarta

Prosesi Thudong dari Candi Ngawen ke Candi Borobudur, Upaya Dibukanya Jalur Spiritual Baru

Prosesi Thudong dari Candi Ngawen ke Candi Borobudur, Upaya Dibukanya Jalur Spiritual Baru
LAKU SPIRITUAL: Para peserta Pabbajja Samanera Sementara berjalan sembari bermeditasi dari Candi Ngawen menuju Candi Borobudur, Rabu (27/12/2023). Naila Nihayah/Radar Jogja

RADAR MAGELANG – Para peserta Pabbajja Samanera Sementara mengikuti prosesi Thudong dengan berjalan kaki dari Candi Ngawen menuju Candi Borobudur.

Mereka berjalan sembari bermeditasi. Merenungkan sifat-sifat luhur dari Sang Buddha.

Sekaligus membantu pemerintah mempromosikan dan membuka kembali jalur spiritual situs-situs tersebut.

Prosesi ini diawali dengan Buddha Rupang yang diarak sepanjang jalan.

Baca Juga: Dikabarkan Jalin Asmara Bersama Celine Evangelista, Steven Pasaribu : Dia Bisa Jadi Semuanya Buat Aku

Sebanyak 50 samanera berjalan kaki dari Candi Ngawen menuju Candi Mendut sekitar pukul 05.00. Lalu, mereka berkumpul dengan 450 samanera di Candi Mendut.

Barulah kembali melanjutkan perjalanan bersama-sama menuju Candi Pawon sekitar pukul 07.40. Hingga berakhir di Candi Borobudur.

Di Candi Borobudur, para samanera disambut oleh ratusan umat Buddha. Mereka turut menabur bunga. Sebagai bentuk penghormatan kepada anggota sangha.

Ketua panitia Pabbajja Samanera Sementara 2023 Fatmawati mengutarakan, prosesi thudong ini dilakukan dengan berjalan kaki sembari bermeditasi.

Baca Juga: Akhir Pekan Omzet Parkir di Pantai Dewaruci Capai Rp 3,6 Juta

Merenungkan sifat-sifat luhur dari Sang Buddha Gautama. Prosesi ini merupakan rangkaian terakhir dari Pabbajja Samanera Sementara.

Sebelumnya, para peserta melakukan upacara cukur rambut, pradaksina, pentahbisan, pindapatta, hingga malam Sanghadana dan pelepasan lampion.

“Upacara Thudong ini adalah tradisi yang telah diwariskan Sang Buddha dari zaman dulu sampai hari ini,” ujarnya di Candi Mendut, Rabu (27/12/2023).

Dengan kata lain, Thudong bermakna mengikuti jejak kaki Sang Buddha. Prosesi berjalan kaki dari Candi Ngawen ini, kata dia, baru kali pertama dilakukan.

Baca Juga: Jangan Takut Matahari Pagi. Begini Segudang Manfaat Matahari Pagi Untuk Kesehatan Tubuh

Sebab pihaknya merasa harus membantu pemerintah dalam hal promosi Candi Ngawen yang kembali dibuka untuk beribadah dan destinasi wisata religi baru.

Menurutnya, Candi Ngawen ini satu garis atau sejajar dengan Candi Mendut, Pawon, dan Borobudur. Jaraknya sekitar 15 kilometer (km) dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam.

“Itu merupakan jalur yang baru untuk kita promosikan sebagai jalan spiritual,” jelas Fatmawati.

Setelah para samanera sampai di Candi Borobudur, ada ratusan umat Buddha yang menaburkan bunga.

Prosesi tabur bunga ini merupakan bagian dari sejarah. Dulunya, kata Fatmawati, untuk memuliakan semua murid Sang Buddha, anggota sangha, para biksu, dan samanera memberikan penghormatan dengan menabur bunga yang harum dan wangi.

Baca Juga: Resmikan Sanggar Candi Sapta Rengga Yogyakarta, Jamin Penghayat Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

Prosesi itu sebagai tanda penghormatan umat kepada anggota sangha. Lantaran anggota sangha dianggap sebagai orang yang melaksanakan lebih dari lima sila Pancasila.

“Namun, sila dalam agama Buddha ini merupakan peraturan atau tata tertib yang harus mereka jalankan selama mereka memakai jubah,” imbuhnya.

Dia berharap, setelah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, semua samanera mendapat pencerahan di dalam hati dan batin mereka.

Juga meningkatnya keyakinan terhadap Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG Hari Ini 27 Desember: Potensi Hujan Ringan di Dua Kabupaten di Jogjakarta

Sekaligus mendapat pelajaran berharga sebagai seorang murid Sang Buddha untuk merefleksikan sifat-sifat luhurnya.

Terutama, setelah mereka kembali dalam kehidupan nyata, bisa menjadi seorang anak yang berbakti.

Sementara itu, Ketua Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI) Agus Jaya menambahkan, jalur spiritual baru ini, bisa ditarik garis lurus dan saling berkaitan dengan Candi Borobudur.

“Ke depan, kami akan mencari candi atau situs lain untuk menggelar prosesi thudong ini. Sebagai bentuk promosi,” kata dia.

Baca Juga: Pameran Baboe En Djongos, Sebuah Upaya Menghilangkan Stigma Negatif

Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha, Dirjen Bimas Buddha, Kemenag RI Nyoman Suriadarma mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh MBMI untuk membuka jalur spiritual baru.

“Tahun ini secara perdana memanfaatkan Candi Ngawen sebagai titik awal keberangkatan prosesi thudong,” ungkapnya.

Menurutnya, dibukanya jalur spiritual ini menjadi satu upaya menghidupkan kembali situs-situs yang ada di Indonesia.

Dengan begitu, umat Buddha Indonesia maupun dunia dapat berkunjung dan melakukan perjalanan spiritual di situs-situs candi di Indonesia.

Baca Juga: Hasil Manchester United v Aston Villa: Brace Garnacho dan Satu Gol Hojlund Bawa Setan Merah Comeback 3-2

“Ke depan, mungkin bisa membuat satu rangkaian perjalanan spiritual di Jawa Tengah ini. Seperti di Candi Sewu, Candi Ngawen, dan lainnya,” imbuhnya. (aya/bah)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)