RADAR MAGELANG – Para peserta Pabbajja Samanera Sementara mengikuti prosesi Thudong dengan berjalan kaki dari Candi Ngawen menuju Candi Borobudur.
Mereka berjalan sembari bermeditasi. Merenungkan sifat-sifat luhur dari Sang Buddha.
Sekaligus membantu pemerintah mempromosikan dan membuka kembali jalur spiritual situs-situs tersebut.
Prosesi ini diawali dengan Buddha Rupang yang diarak sepanjang jalan.
Sebanyak 50 samanera berjalan kaki dari Candi Ngawen menuju Candi Mendut sekitar pukul 05.00. Lalu, mereka berkumpul dengan 450 samanera di Candi Mendut.
Barulah kembali melanjutkan perjalanan bersama-sama menuju Candi Pawon sekitar pukul 07.40. Hingga berakhir di Candi Borobudur.
Di Candi Borobudur, para samanera disambut oleh ratusan umat Buddha. Mereka turut menabur bunga. Sebagai bentuk penghormatan kepada anggota sangha.
Ketua panitia Pabbajja Samanera Sementara 2023 Fatmawati mengutarakan, prosesi thudong ini dilakukan dengan berjalan kaki sembari bermeditasi.
Baca Juga: Akhir Pekan Omzet Parkir di Pantai Dewaruci Capai Rp 3,6 Juta
Merenungkan sifat-sifat luhur dari Sang Buddha Gautama. Prosesi ini merupakan rangkaian terakhir dari Pabbajja Samanera Sementara.
Sebelumnya, para peserta melakukan upacara cukur rambut, pradaksina, pentahbisan, pindapatta, hingga malam Sanghadana dan pelepasan lampion.
“Upacara Thudong ini adalah tradisi yang telah diwariskan Sang Buddha dari zaman dulu sampai hari ini,” ujarnya di Candi Mendut, Rabu (27/12/2023).
Dengan kata lain, Thudong bermakna mengikuti jejak kaki Sang Buddha. Prosesi berjalan kaki dari Candi Ngawen ini, kata dia, baru kali pertama dilakukan.
Baca Juga: Jangan Takut Matahari Pagi. Begini Segudang Manfaat Matahari Pagi Untuk Kesehatan Tubuh
Sebab pihaknya merasa harus membantu pemerintah dalam hal promosi Candi Ngawen yang kembali dibuka untuk beribadah dan destinasi wisata religi baru.
Menurutnya, Candi Ngawen ini satu garis atau sejajar dengan Candi Mendut, Pawon, dan Borobudur. Jaraknya sekitar 15 kilometer (km) dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam.
“Itu merupakan jalur yang baru untuk kita promosikan sebagai jalan spiritual,” jelas Fatmawati.
Setelah para samanera sampai di Candi Borobudur, ada ratusan umat Buddha yang menaburkan bunga.
Prosesi tabur bunga ini merupakan bagian dari sejarah. Dulunya, kata Fatmawati, untuk memuliakan semua murid Sang Buddha, anggota sangha, para biksu, dan samanera memberikan penghormatan dengan menabur bunga yang harum dan wangi.
Prosesi itu sebagai tanda penghormatan umat kepada anggota sangha. Lantaran anggota sangha dianggap sebagai orang yang melaksanakan lebih dari lima sila Pancasila.
“Namun, sila dalam agama Buddha ini merupakan peraturan atau tata tertib yang harus mereka jalankan selama mereka memakai jubah,” imbuhnya.
Dia berharap, setelah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, semua samanera mendapat pencerahan di dalam hati dan batin mereka.
Juga meningkatnya keyakinan terhadap Buddha, Dhamma, dan Sangha.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG Hari Ini 27 Desember: Potensi Hujan Ringan di Dua Kabupaten di Jogjakarta
Sekaligus mendapat pelajaran berharga sebagai seorang murid Sang Buddha untuk merefleksikan sifat-sifat luhurnya.
Terutama, setelah mereka kembali dalam kehidupan nyata, bisa menjadi seorang anak yang berbakti.
Sementara itu, Ketua Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI) Agus Jaya menambahkan, jalur spiritual baru ini, bisa ditarik garis lurus dan saling berkaitan dengan Candi Borobudur.
“Ke depan, kami akan mencari candi atau situs lain untuk menggelar prosesi thudong ini. Sebagai bentuk promosi,” kata dia.
Baca Juga: Pameran Baboe En Djongos, Sebuah Upaya Menghilangkan Stigma Negatif
Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha, Dirjen Bimas Buddha, Kemenag RI Nyoman Suriadarma mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh MBMI untuk membuka jalur spiritual baru.
“Tahun ini secara perdana memanfaatkan Candi Ngawen sebagai titik awal keberangkatan prosesi thudong,” ungkapnya.
Menurutnya, dibukanya jalur spiritual ini menjadi satu upaya menghidupkan kembali situs-situs yang ada di Indonesia.
Dengan begitu, umat Buddha Indonesia maupun dunia dapat berkunjung dan melakukan perjalanan spiritual di situs-situs candi di Indonesia.
“Ke depan, mungkin bisa membuat satu rangkaian perjalanan spiritual di Jawa Tengah ini. Seperti di Candi Sewu, Candi Ngawen, dan lainnya,” imbuhnya. (aya/bah)