Neutron Yogyakarta

Sembilan Kecamatan Rawan Bencana, BDPB Kabupaten Sebut Didominasi Angin Kencang dan Tanah Longsor

Sembilan Kecamatan Rawan Bencana, BDPB Kabupaten Sebut Didominasi Angin Kencang dan Tanah Longsor
MHD Muzamil.NAILA NIHAYAH/RADAR JOGJA

RADAR MAGELANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang telah memetakan sejumlah kecamatan yang rawan terhadap bencana saat musim penghujan ini. Potensi bencana itu tanah longsor dan angin kencang. Wilayah rawan itu di antaranya Kecamatan Salaman, Borobudur, Kajoran, Windusari, Bandongan, Sawangan, Dukun, Pakis, dan Tegalrejo.

Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Magelang MHD Muzamil menuturkan, pihaknya terus mengantisipasi dan menyikapi bencana hidrometeorologi yang disebabkan curah hujan tinggi maupun angin kencang. Lantaran bencana tersebut dapat mengakibatkan banjir bandang, pohon tumbang, hingga tanah longsor.

Muzamil menambahkan, ancaman pada musim penghujan ini hampir merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Magelang. Tapi, khusus musim penghujan yang lebih dominan adalah terjadinya tanah longsor. “Terutama di sembilan kecamatan itu,” ujarnya, kemarin (10/1).

Selain tanah longsor, ancaman lain yang harus diwaspadai adalah angin kencang. Bencana tersebut paling banyak ditemukan di wilayah Muntilan, Mertoyudan, dan Tempuran. Bahkan, di awal Januari ini, BPBD sudah menangani sejumlah rumah yang terdampak angin kencang. Terutama di Desa Keji, Muntilan.

Dikatakannya, meski terjadi kerusakan ringan, namun jumlahnya cukup banyak. Tidak hanya satu atau dua titik, tapi lebih dari sepuluh titik. Mengenai jumlah pastinya, dia belum dapat rekapan. Tapi, di satu desa itu (Keji, Muntilan) paling sering terjadi angin kencang. “Kebanyakan atap rumah kena pohon bambu yang tumbang,” sebutnya.

Untuk mengantisipasinya, dia meminta kepada warga di tiap desa agar menggelar kerja bakti. Terutama memotong ranting-ranting yang mengarah ke jalan. Sehingga ketika nantinya terjadi bencana angin kencang, ranting tersebut tidak patah dan berserakan ke jalan karena dapat membahayakan pengguna jalan.

Terkait tanah longsor, Muzamil meminta kepada warga yang posisi rumahnya dekat dengan lereng untuk lebih waspada. Ketika terjadi hujan lebih dari satu jam dan deras, mereka harus bergeser terlebih dahulu. Mungkin ke rumah tetangga atau saudara. “Kalau sudah reda, barulah kembali ke rumah,” paparnya.

Sementara untuk Kecamatan Dukun, Sawangan, dan Srumbung yang notabene berdekatan dengan Gunung Merapi, diimbau lebih berhati-hati saat terjadi hujan deras. Apalagi intensitasnya lebih dari satu jam. Meski kerap terjadi, namun warga diminta untuk tidak menyepelekan hal itu. “Kalau hanya lima menit, tidak masalah,” imbuhnya.

Sebab, ketika hujan di puncak Gunung Merapi lebih dari satu jam, hal itu berisiko terjadi banjir tinggi. Sehingga warga yang tinggal di bantaran atau bibir sungai selalu mencari informasi terkait cuaca di hari itu. Warga juga harus mengamalkan ilmu titen terhadap potensi bencana di Kawasan rawan bencana (KRB) III.

BPBD Kabupaten Magelang mencatat sepanjang 2023, telah terjadi 429 kejadian bencana di wilayahnya. Bencana itu didominasi oleh angin kencang dan tanah longsor. Namun, jumlah tersebut cenderung mengalami penurunan dibanding pada 2022 lalu sebanyak 671 kejadian. Namun, jumlah kejadian bencana hidrometeorologi kering justru meningkat. Seperti karhutla dan kekeringan.

Muzamil mengatakan, dampak bencana tersebut mengakibatkan 326 rumah rusak ringan, 49 rumah rusak sedang, dan 31 rumah rusak berat. Selain itu, terdapat korban jiwa sebanyak 5 orang meninggal dunia dan 16 orang luka-luka. “(Orang) yang meninggal itu disebabkan tanah longsor, ledakan petasan, terpeleset, dan laka sungai,” sebutnya. (aya/din)

Lainnya