MAGELANG – Di Kota Magelang, ada kompleks bangunan tua yang tidak lagi digunakan. Bangunan itu adalah Universitas Gadjah Mada (UGM).
Namun, siapa sangka, salah satu kampus ternama itu pernah berkembang di Kota Magelang.
Tepatnya,berdekatan dengan kompleks eks Karesidenan Kedu, Kelurahan Cacaban, atau sekitar 5 menit dari pusat kota.
Bangunan tersebut nyatanya pernah memiliki kiprah akademik bagi UGM Tjabang (Cabang) Magelang.
Dibangun pada 1962 silam, bangunan dengan gaya arsitektur 60-an itu masih berdiri kokoh hingga saat ini. Hanya saja, kondisinya kini tampak memprihatinkan.
Bagaimana tidak, semak belukar dan rerumputan menghiasi setiap sudut bangunan. Bahkan, terkadang rumputnya dibiarkan meninggi.
Tembok bangunan berdiri kokoh dilapisi cat krem di setiap sudut ruangan.
Namun, ada banyak coretan di sana. Kaca jendela pun banyak yang pecah. Hanya menyisakan bingkai kaca yang masih menggantung pada jendela.
Beberapa pintu ruangan juga terlihat usang, bahkan hilang. Lantai yang dilapisi tegel pun sudah banyak ditutupi debu dan tanah.
Lorong ruangan tampak kumuh. Plafonnya juga banyak yang runtuh.
Tak heran jika beberapa orang melihat bangunan itu sebagai tempat yang mengerikan dan terkesan horor.
Di salah satu tembok gedung, ada prasasti yang bertuliskan “Gedung Universitas Gadjah Mada Tjabang Magelang dibuka resmi Kolonel/CKH Harry Suwondo pada tanggal 19 Desember 1968”.
Itu berarti UGM Cabang Magelang menjadi saksi bisu sejarah institusi di Kota Sejuta Bunga ini.
Kompleks UGM Cabang Magelang terdiri dari beberapa bangunan. Ruang kelas, perkantoran, lorong, ruangan kecil, hingga gazebo.
Lapangan di samping bangunan juga disediakan. Hal itu menandakan kelengkapan akademik UGM Cabang Magelang.
Di dalam kompleks juga terdapat sebuah lingga berukuran sekitar 2 meter yang masih berdiri saat memasuki bangunan ini.
Lingga tersebut menjadi ikon kala bangunan ini berfungsi.
Saat pagi hingga sore hari, terkadang ada sejumlah anak sekolah yang ke sana. Sekadar duduk dan menghabiskan waktu di gazebo yang disediakan. Gazebo itu masih terlihat bagus.
Keberadaannya guna menunjang hamparan pemandangan alam dan gagahnya Gunung Sumbing.
Persis di dekat gazebo, ada bangunan berbentuk gapura dan berwarna hitam. Yang diberi nama Monumen Memorial UGM Cabang Magelang.
Peresmiannya dilakukan pada Sabtu 14 April 2007 oleh Rektor UGM Prof Dr Sofian Effendi dan Gubernur Jawa Tengah H Mardiyanto.
Di bawah gapura, ada tugu bergambar logo UGM Cabang Magelang. Lengkap dengan ukiran sejumlah nama.
Mereka adalah para pengurus, staf pengajar, hingga mahasiswa yang pernah mengenyam pendidikan di sana.
Di tugu itu terdapat penjelasan bahwa UGM Cabang Magelang diresmikan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan RI Dr Syarif Thayeb pada 18 Desember 1964 berdasarkan surat Keputusan Menteri PTIP No 181/1964.
Ada sejumlah orang yang diminta menjadi pengurus universitas.
Saat itu, yang menjabat sebagai koordinator adalah GPH S Harjomataram SH. Kemudian, Pembantu I adalah Slamet Dwiraharjo SH, Pembantu II Drs RA Bagus Panuntun, dan Pembantu III Drs Warsito.
Namun, berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 0267/1978 tertanggal 12 Agustus 1978, UGM Cabang Magelang dilikwidir.
Hasil yang dicapai pada 1963 hingga 1978, mahasiswa yang terdaftar sebanyak 1855 orang.
Sarjana pria sejumlah 265 orang dan wanita 56 orang. Untuk sarjana muda pria 545 orang dan wanita 99 orang.
Pegiat Komunitas Kota Toea Magelang Bagus Priyana menceritakan, UGM Cabang Magelang mulanya didirikan oleh Yayasan Swasta Perguruan Tinggi Magelang (PTM).
Tujuan pendiriannya tidak lain untuk memajukan pendidikan di Magelang. Hingga akhirnya pada 18 Desember 1964, UGM Cabang Magelang diresmikan.
UGM cabang Magelang ini digunakan sebagai tempat perkuliahan bagi mahasiswa Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Teknik.
Sementara para dosennya berasal dari UGM Jogja. Kampus yang dipakai dulunya menempati beberapa ruang di Gedung Residenan Kedu.
“Karena makin banyaknya mahasiswa (yang mendaftar di sana), kemudian didirikan kampus baru yang kita kenal eks kampus UGM Tjabang Magelang yang sekarang mangkrak itu,” paparnya, Kamis (25/1/2024).
Bagus pun memiliki beberapa arsip mengenai UGM Cabang Magelang. Salah satu yang dimiliki yakni Buku Pedoman Masa Pra Mahasiswa Univesritas Gadjah Mada.
Buku ini dikeluarkan pada 1967 oleh sekretariat panitia pelaksana Mapram UGM Magelang.
“Ini (buku) atas nama Sardjono, tercatat mahasiswa tahun 1967. Di sini ada susunan dewan penyantun UGM yang berisi jenderal-jenderal seperti Mayor Jenderal Achmad Tahir. Waktu itu juga ada Gubernur AKABRI dan lainnya,” ujar Bagus.
14 tahun beroperasi, pada 12 Agustus 1978 UGM Cabang Magelang resmi ditutup. Kini, suara ramai mahasiswa tak lagi terdengar.
Aktivitas perkuliahan disatukan di kampus UGM Jogja sehingga bangunan tersebut tidak dipergunakan lagi.
Meski begitu, UGM Cabang Magelang menjadi bukti sejarah kiprah pendidikan UGM dan Kota Magelang. (aya)