Neutron Yogyakarta

Tak Buat Kenyang, Berbuka Puasa dengan Jemunak

Tak Buat Kenyang, Berbuka Puasa dengan Jemunak
TELATEN: Usai ditumbuk, Poningsih bersama Kasmirah mulai membungkus jemunak dengan daun pisang. Di dalamnya dilengkapi parutan kelapa dan gula merah cair.NAILA NIHAYAH/RADAR JOGJA

KORAN MAGELANG – Bagi warga Magelang, khususnya Muntilan, menu kudapan berbuka puasa biasanya tersedia jemunak. Kudapan khas dari Desa Gunungpring, Muntilan, Magelang ini selalu tersedia dan diburu sebagai kuliner berbuka puasa. Sebab tidak menimbulkan efek kenyang berlebihan.

Makanan yang berbahan dasar dari ketela, beras ketan, gula merah, dan kelapa ini memiliki tekstur kenyal. Dengan rasa manis dari gula merah cair yang disebut kinco. Jemunak tersebut lalu dibungkus dengan daun pisang sehingga terasa lebih gurih.

Seorang pembuat jemunak Dusun Karaharjan Poningsih, 57 mengutarakan, jemunak ini dibuat khusus saat Ramadan dan merupakan kudapan khas dari Gunungpring. “Biasanya untuk takjil,” ujarnya di sela membungkus jemunak, Kamis (14/3).

Sedari dulu, warga setempat kerap menjadikan jemunak sebagai pelengkap saban berbuka puasa. “Jadi, hanya ada saat puasa. Di hari biasa, nggak ada. Kalau ada pesanan pun, kami nggak mau (membuat),” bebernya.

Aktivitas membuat jemunak dimulai sejak pukul 07.00 dengan mengupas ketela dan dicuci bersih. Kemudian diparut kasar. Sembari itu, dia mengukus beras ketan hingga kondisi setengah matang. Dua bahan baku ini kembali dikukus hingga matang.

Setelah itu, barulah dicampur dan ditumbuk hingga halus. Proses penumbukan itu dilakukan oleh sang keponakan. Pukul 11.00, setelah adonan siap, biasanya Poningsih dibantu sang adik, Kasmirah, 53 mulai membungkus adonan itu bersama parutan kelapa dan cairan gula merah yang dikemas dalam plastik.

Setiap hari saat Ramadhan, dia bisa menghabiskan 25 kilogram (kg) ketela dan 5 kg beras ketan. Dua bahan baku itu bisa menghasilkan lebih dari 600 bungkus jemunak.

Harganya pun cukup terjangkau, yakni Rp 3 ribu per bungkus. Untuk gelaran gerebek jemunak pada 31 Maret mendatang, dia sudah mendapat pesanan sebanyak 1.000 bungkus.

Warga Karaharjan Dwi Wuryaningsih, 44 mengaku sudah berlangganan jemunak sejak kecil. Bahkan, dulu satu bungkus jemunak masih di harga Rp 500. Kini sudah naik menjadi Rp 3 ribu per bungkus. Meski dia merantau ke daerah lain, jemunak masih jadi kudapan andalan saat pulang ke kampung halamannya di Muntilan.

Karena menurutnya, jemunak milik Poningsih rasanya berbeda dengan lainnya. Biasanya, dia membeli beberapa bungkus jemunak sebagai takjil saat berbuka puasa.

Terkadang, jemunak itu dijadikan hidangan saat ada teman bertandang ke rumahnya. “Rasanya enak, legit, tapi ada gurihnya dari parutan kelapa. Kadang saya promosikan ke teman saya, biasanya nitip untuk dipesankan sekalian,” sebutnya. (aya/pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)