KORAN MAGELANG – Selepas salat Zuhur, jemaah tidak lantas meninggalkan Masjid Agung Kauman Kota Magelang. Mereka meluangkan waktu untuk mengikuti tradisi semaan Alquran di serambi masjid. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengajian kitab dari seorang ustaz.
NAILA NIHAYAH, Kota Magelang
Beralaskan karpet dan beberapa meja kayu panjang, mereka menyimak bacaan Alquran yang dipimpin Gus Adib. Yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Ngrukem, Pendowoharjo, Sewon, Bantul.
Sekretariat Masjid Agung Kauman Kota Magelang Heri Prasetyo menjelaskan, tradisi semaan Alquran ini sudah ada sejak tahun 1950-an yang dipimpin langsung oleh kakek Gus Adib, KH Nawawi Abdul Azis. Semaan telah berlangsung sejak hari pertama Ramadan hingga tujuh hari sebelum Idul Fitri.
Selain salat lima waktu, Heri menyebut, saat Ramadan ada beberapa kegiatan wajib yang berlangsung. Selepas salat Subuh, ada pengajian selama satu jam yang dipimpin Gus Husni asal Borobudur. “Setelah salat Zuhur pukul 13.00-14.30, ada semaan Alquran oleh Gus Adib,” ujarnya saat ditemui kemarin (18/3).
Sembari menunggu azan Asar, ada pengajian selama setengah jam oleh Gus Husni. Setelah Asar, ada kultum dan buka puasa bersama. Masjid Agung Kauman menyediakan 300 nasi boks untuk dibagikan kepada masyarakat. Terkadang ada instansi atau masyarakat yang turut memberikan menu buka puasa.
Kemudian disusul dengan salat Tarawih. Adapun surat yang dibacakan sebanyak satu juz setengah. Lalu dilanjutkan dengan semaan. “Kalau siang, semaan rata-rata diikuti jemaah yang sudah sepuh. Kalau malam, sepuh ada, yang muda juga ikut,” sebutnya.
Heri menambahkan, biasanya pada 10 hari terakhir Ramadan ada mujahadah maupun iktikaf hingga menjelang sahur. Sedari dulu, dalam kurun waktu 23 hari harus khatam Alquran sekali pada salat Tarawih, tadarus malam sekali khatam, dan tadarus siang dua kali khatam.
Kebanyakan yang mengikuti semaan berasal dari kalangan lansia di atas 50 tahun. Dia menilai, mereka telah mengikuti tradisi ini sejak dipimpin KH Nawawi. “Mungkin karena sudah tidak ada kegiatan di rumah, jadinya ikut semaan,” paparnya.
Semenatra itu, warga Bandongan Muchlasin, 66, mengaku sudah mengikuti tradisi semaan di Masjid Agung Kauman sejak masih berusia 50 tahun. Saat luang, dia pasti menyempatkan diri untuk mengikuti semaan.
Meskipun dilaksanakan saat siang hari, justru itu menjadi tantangan bagi para peserta semaan. Lantaran harus menahan rasa kantuk. “Hati jadi tenang mendengar bacaan Alquran. Biasanya ke sini pukul 13.00. Ikut semaan sampai salat Asar,” ujar Muchlasin.
Hal serupa juga dialami warga Payaman Awan Wiratno. Dia sudah mengikuti tradisi semaan ini sejak 2009 silam atau masih dipimpin oleh putra KH Nawawi. “Dulu hanya ikut-ikutan saja. Tapi ketika di sini memang (mendapat) berkah. Apalagi dilakukan saat siang hari pas ngantuk-ngantuknya,” paparnya.
Selama mengikuti semaan, hatinya menjadi damai dan tenang. Bahkan, kata dia, beberapa keinginannya perlahan bisa tercapai saat mengikuti semaan dan berdoa di masjid. “Kalau tidak ikut (semaan) rasanya ada yang kurang. Dari rumah kadang setelah Zuhur, di sini sampai Asar,” tambahnya. (laz)