KORAN MAGELANG – Siswa-siswi SMP Tarakanita tampak luwes membalut kisah sengsara Yesus dalam visualisasi jalan salib di Gereja St Ignatius Magelang, Jumat (29/3). Setidaknya ada puluhan siswa yang terlibat dalam refleksi tersebut. Mereka ingin mengajak umat menghayati pengorbanan Yesus dalam rangkaian ibadah Paskah.
Ketua panitia kegiatan Angga Kristian mengutarakan, refleksi tersebut membalut kisah sengsara Yesus Kristus yang diperankan oleh para kawula muda. “Ini (refleksi visualisasi jalan salib, Red) menjadi trobosan baru. Karena biasanya kisah sengsara itu kami lakukan sebagai sebuah tampilan, tetapi kali ini menjadi rangkaian ibadah Jumat Agung,” ujarnya usai jalan salib.
Dia menyebut, visualisasi jalan salib itu menjadi upaya agar umat Katolik mengingat kembali kisah Yesus Kristus. Mulai dari dicambuk, didera, hingga wafat dengan disalib. Panitia meminta bantuan kepada para siswa-siswi SMP Tarakanika untuk memerankan tokoh Yesus Kristus, Kaisar Pontius Pilatus, Bunda Maria, dan lainnya.
Visualisasi tersebut menceritakan kisah Yesus yang mulai dijatuhi hukuman hingga penyaliban. Terutama ketika Yesus ditangkap oleh tentara Romawi di bawah Pemerintahan Pontius Pilatus, hingga meninggal di Bukit Kalvari (Golgota). Puncaknya, ketika tokoh yang memerankan Yesus memperagakan diri disalib.
Selama visualisasi berjalan, semua umat duduk dengan khusyuk sembari menyimak setiap rentetan kisah yang diperagakan. Visualisasi itu berjalan kurang lebih 45 menit. Namun, selama visualisasi berlangsung, tidak diselingi oleh ibadah. Lantaran memang fokus pada visualisasi. Sedangkan ibadah dilakukan usai kegiatan rampung.
Angga mengatakan, visualisasi jalan salib ini memang pernah digelar tahun lalu. Namun, saat itu, umat terus membuntuti setiap para tokoh ketika beralih tempat. “Dulu, kalau (para tokoh) ke belakang, mereka ikut lari ke belakang. Sebelumnya ada beberapa adegan yang kurang sesuai. Kali ini kami sesuaikan dengan buku Madah Bakti,” bebernya.
Seorang siswa kelas IX SMP Tarakanita Kyu Gabriel Agastya mengaku bangga karena berperan sebagai tokoh Yesus. Dengan begitu, dirinya lebih bisa meneladani kisah sengsara hingga Yesus wafat. “Jadi bisa lebih merasakan, ternyata Yesus itu perjalanannya dari Yerussalem hingga Bukit Golgota itu berat banget,” akunya.
Kendati perjalanan yang diperankan kurang dari satu kilometer, namun dia turut merasakan beratnya memanggul salib yang dirasakan Yesus kala itu. Ditambah dengan adanya cambukan. Dia bersama teman-teman lainnya sudah melakukan latihan sejak satu bulan yang lalu. Sebab, mereka naskah yang didapat, perlu digodok kembali bersama Romo Hartono. (aya/pra)