Neutron Yogyakarta

Kebutuhan Pangan Meningkat, Inflasi hingga Agustus

Kebutuhan Pangan Meningkat, Inflasi hingga Agustus
Ilustrasi Inflasi Lebih Ambang Batas.(SITI FATIMAH/RADAR JOGJA)

JOGJA, Koran Magelang – Inflasi di DIJ melebihi ambang batas. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIJ memperkirakan, kenaikan akan berlangsung sampai Agustus mendatang. Terdampak oleh tahun ajaran baru dan musim liburan yang mengakibatkan bertambahnya kebutuhan pangan.

Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam Pemprov DIJ, Yuna Pancawati mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS), mengatakan inflasi di DIJ sebesar 0,75 persen bulan ke bulan. Secara akumulatif, inflasi DIJ mencapai 3,34 persen. Dengan capaian tersebut, inflasi di DIJ berada pada level 4,83.

“Ini menjadi perhatian kami, karena berada di atas sasaran inflasi. Sasarannya 3, plus minus 1 persen. Kita sudah di 4,83 persen,” jabarnya dalam acara yang digelar di Taman Pintar, Kamis (23/6).

Diperkirakan, inflasi dapat terjadi sampai bulan Agustus. Terdampak oleh gelombang kedatangan di DIJ sepanjang Juni-Agustus. Sebagian di antaranya, merupakan mahasiswa dan siswa tahun ajaran 2022/2023. “Akan meningkatkan kebutuhan pangan di DIJ,” jelasnya.

Melalui penelusuran yang dilakukan TPID, diketahui pula inflasi di DIJ meningkat sejak Mei lalu. Terpengaruh oleh bertambahnya gelaran MICE (meeting, incentive, convention, dan exhibition). “DIJ ketamon dari seluruh provinsi dalam Pesparawi,” sebutnya.

Dijelaskan, MICE sebetulnya berdampak positif. Lantaran menumbuhkembangkan perekonomian serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di DIJ. Selain itu gelarannya pun dinantikan oleh pelaku usaha dan masyarakat.

Yuna mencatat, kenaikan harga pangan diakibatkan oleh berbagai kendala. Terhadap pangan jenis hortikultura, kenaikan diakibatkan oleh perubahan cuaca. Hal ini mengakibatkan petani gagal panen akibat kemarau basah. Sementara pada daging mengalami kenaikan akibat terdampak wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Selain itu, ketersediaan minyak goreng juga masih jadi perhatian. “Di beberapa pasar, masih (ditemukan pedagang menjual, Red) di atas HET,” ucapnya.

Selain pangan, inflasi turut menyasar sektor transportasi. Akibat meningkatnya permintaan angkutan. “Inflasi meningkat, ada kenaikan harga tiket. Imbas dari pelonggaran mobilitas perjalanan, cuti bersama. MICE di DIJ juga mendukung permintaan transportasi,” jelasnya.

Sementara Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Jogja Veronica Ambar Ismuwardani mencatat, ketersediaan pangan di wilayahnya mencukupi dari kebutuhan. Ketersediaan rata-rata mingguan beras 10.887,59 ton sedangkan kebutuhan rata-rata mingguan 650,16 ton. Harga beras Rp 11.000 per kilogram dipasok dari Bantul, Sleman, dan Klaten. Ketersediaan telur ayam rata-rata mingguan 547,59 ton dengan kebutuhan rata-rata mingguan 410,69 ton. Harga telur berkisar Rp 28.000 per kilogram, dengan pasokan dari Sleman dan Bantul.

Sedangkan ketersediaan minyak goreng rata-rata mingguan 256,24 ton dan kebutuhan rata-rata mingguan 153,74. Harga minyak goreng curah Rp 15.500 per kilogram dan minyak goreng kemasan Rp 22.500-Rp 24.000 per liter dengan pasokan dari Semarang dan Surabaya. Ketersediaan cabai rata-rata mingguan 21,23 ton sedangkan kebutuhan rata-rata mingguan 15,92 ton dengan harga Rp 80.000/kg pasokan dari Kulonprogo, Bantul, dan Magelang.

Menurutnya, stok pangan di Jogja cukup dan harga stabil. Diprediksi masih akan terus terjadi bersamaan dengan penerimaan mahasiswa baru dan masuk liburan sekolah. Lantaran wisatawan di Kota Jogja akan bertambah. “Ini menjadi perhatian kami untuk melakukan pemantauan terus menerus,” tandasnya. (fat/bah/sat)

Lainnya

Exit mobile version