Neutron Yogyakarta

Banyak Pengusaha Nahdliyin Bergerak di Bidang Ekraf

Banyak Pengusaha Nahdliyin Bergerak di Bidang Ekraf

JOGJA – Siapa bilang kaum Nahdliyin hanya berkutat pada masalah agama? Warga Nahdlatul Ulama (NU) juga punya peran dalam dunia usaha. Tercatat beberapa pengusaha Nahdliyin berkecimpung dalam ekonomi kreatif (ekraf).

Ketua DPW Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) DIJ Wawan Dharmawan mengatakan, sekitar 90 persen anggota HPN DIJ bergerak di sektor UMKM. Tapi banyak pula yang mulai menuju kelas menengah. Dia menyebut, ada anggota HPN di DIJ yang bergerak di dunia kuliner hingga digital. “Ada unsur ekonomi kreatif dan sudah melek teknologi,” kata Wawan di sela pelantikan pengurus HPN Kota Jogja, Jumat sore (5/8).

Menurut dia, kepengurusan DPC HPN Kota Jogja yang dipimpin Yana Karyana menjadi yang pertama sudah terbentuk dan dilantik. Kepada kepengurusan baru, Wawan berpesan supaya melakukan pembinaan pada anggotanya supaya bisa naik kelas. Yang sektor mikro naik kelas jadi menengah, terus besar bahkan hingga berkibar di nasional dan internasional. “Di antaranya dengan modernisasi, go digital dan go global,” pesannya.

Yana sendiri dalam sambutannya mengatakan, untuk penguatan kualitas sumber daya maka HPN Jogja juga menghimpun dan mengembangkan kualitas, kapasitas dan jaringan usaha bagi para Pengusaha Nahdliyin. Menurutnya HPN harus mampu menjadi wadah yang mewujudkan kemakmuran yang berkeadilan. HPN saat ini berada dalam tiga pusaran besar yakni tradisi, agama dan moderinsasi. “Tiga pusaran besar ini akan menjadi sebuah harmonisasi yang kuat, yang menghasilkan sebuah konsep bisnis yang memiliki corak tersendiri,” jelasnya.

Dia pun sudah merencanakan untuk menjaring kepengurusan hingga tingkat kelurahan. Dia menambahkan, dalam dua bulan awal pembentukan kepengurusan dan penjaringan anggota, ampai saat ini terjalin 107 para pengusaha d Kota Jogja yang bergabung di group WhatsApp HPN. “Artinya ada geliat bagaimana bisa saling berbagi dan membantu. Bekal inilah yang ingin kami usung dari waktu ke waktu,” tutur Yana yang seorang dosen, tersebut.

Sedang Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Jogja Kadri Renggono yang membacakan sambutan Penjabat Wali Kota Jogja, menyebut, kesetiakawanan di antara para pengusaha juga termasuk kunci survivalitas atau kemampuan untuk bertahan hidup menghadapi berbagai tantangan pascapandemi Covid-19. “Kesetiakawanan yang diwujudkan dalam forum bersama seperti ini, bisa menjadi sarana gethok-tular informasi, tips dan trik bersiasat mengatasi keterbatasan, sehingga kita dapat terus tumbuh serta berkembang bersama,” pesannya. (pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)

Exit mobile version