Neutron Yogyakarta

Pandemi, Jumlah UMKM Bertambah 24 Ribu

Pandemi, Jumlah UMKM Bertambah 24 Ribu

PURWOREJO – Adanya pandemi Covid-19 membuat jumlah pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Purworejo meningkat. Bahkan hingga 24 ribu UMKM baru tumbuh selama pandemi.

Ketua Forum UMKM Hesti Respatiningsih menyebutkan, pertumbuhan UMKM di Kabupaten Purworejo sebelum pandemi yakni sebanyak 24 ribu. Selama dua tahun pandemi, UMKM di Kabupaten Purworejo justru meningkat. Di akhir 2021 hampir mendekati 49 ribu UMKM. “Baik bergerak di bidang fesyen, kuliner, kerajinan, dan sebagainya,” kata dia, Minggu (14/8).

Dia menyebutkan, UMKM memiliki peran yang strategis dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Bahkan, sektor UMKM juga berkontribusi untuk mengurangi tingkat pengangguran, pendapatan pendapatan percepatan ekonomi, dan pengentasan kemiskinan.”Dengan tumbuh pesatnya UMKM saya rasa masyarakat di Purworejo minimal bisa bergerak mandiri dengan usaha mandiri sehingga tidak bergantung lagi untuk mencari lowongan pekerjaan yang saat ini sulit,” ungkapnya.

Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Purworejo pun melakukan upaya untuk lebih meningkatkan produktivitas UMKM di Kabupaten Purworejo terutama menghadapi pascapandemi Covid-19.

Kepala DINKUKMP Purworejo Gatot Suprapto menyebutkan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya agar UMKM di Kabupaten Purworejo tetap bertahan. Yakni, dengan melakukan pendampingan untuk meningkatkan SDM. “Kami memiliki forum UMKM tingkat kabupaten, juga ada Forum di 16 kecamatan. Ke depan kami akan adakan forum UMKM tingkat desa,” ungkap dia.

Tujuannya, untuk memudahkan dinas dalam memberikan informasi terkait pelatihan, insentif dan lain sebagainya. Dengan begitu, akan lebih cepat diakses oleh para UMKM dan lebih banyak bisa memberikan pendampingan yang intens. “Kami juga melakukan pendampingan terkait produktivitas agar UMKM dapat bersaing dan memiliki pasar yang lebih luas. Kami bantu terkait perijinan, pembinaan kemasan, sehingga menarik minat terhadap hasil produk UMKM,” sambung Gatot.

Selain itu, juga dilakukan pendampingan pendanaan atau permodalan dengan melakukan sharing dengan lembaga perbankan. Terkait, peningkatan penggunaan produk dalam negeri dengan mengakses pembelian barang jasa, sesuai arahan presiden tentang pembelian produk dalam negeri sebesar 40 persen sudah dilakukan.”Kebijakan tersebut melalui program larisi Purworejo seperti kebijakan menggunakan batik lokal hingga membeli beras asli produk lokal Purworejo untuk ASN. Ke depan akan kami tambahkan lagi dengan produk-produk lain yang pro UMKM,” tegasnya.(han/pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)