KEBUMEN – Meski budaya ngopi sudah menjamur di Kebumen, kopi belum jadi komoditas unggulan. Padahal Kebumen sendiri memiliki jenis tanaman kopi sendiri.
Pegiat kopi Kebumen Nizar Fath menyebut hilirisasi tanaman kopi sejauh ini belum tergarap dengan baik. Dalih sebagai bagian penujang daya saing, justru peluang ini belum sepenuhnya ditangkap pemerintah daerah.
Menurut dia, kopi lokal Kebumen cukup berpotensi menjadi salah satu sub sektor pertanian untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Bisa dilihat dari sisi produktivitas dan kualitas kopi dari para petani. Namun, kata Nizar, cita-cita itu kembali lagi bergantung adanya keterlibatan pemerintah. “Harapan kami di komunitas kopi itu tidak hanya jadi selingan, tapi juga menjadi prioritas komoditas unggulan,” ucapnya, Jumat (2/9).
Bicara kopi, Nizar mengungkapkan wilayah Kebumen bagian utara sebenarnya sangat mendukung dijadikan sentra penghasil kopi. Di sana, hampir sepanjang perkebunan berpotensi menghasilkan kopi berkualitas jenis robusta. “Kebumen lebih cenderung bukan arabika, karena dataran tidak begitu tinggi,” ujarnya.
Ia mengamati, hal yang cukup memperihatinkan dari hasil produksi lokal sejauh ini tidak terserap optimal di daerahnya sendiri. Justru kopi asal Kebumen banyak diambil juragan luar daerah, lantas tidak menyelipkan keterangan bahwa kopi tersebut berasal dari Kebumen. Kemudian, patokan harga kopi yang cukup murah juga mempengaruhi semangat para petani. “Kenapa mereka jual murah? karena kopi kita belum bisa bersaing. Peluang inilah dimanfaatkan orang luar daerah masuk ke Kebumen,” ucap Nizar yang juga dari Komunitas Kopi Kolbrew.
Nizar menambahkan, harapan besar dari pemkab nantinya bisa mengambil peran agar kopi lokal menjadi salah satu komoditas unggulan. Melalui peningkatan produktivitas berbasis kawasan perkebunan. Seperti halnya peremajaan tanaman kopi berupa pemberian bibit unggul, serta bantuan sarana produksi pupuk dan alat mesin pertanian.
Hal yang tidak kalah penting adalah pemerintah bisa mengakomodir hasil produksi petani untuk kebutuhan konsumsi dinas-dinas di lingkungan pemkab. “Jadi memang perlu dukungan komperehensif. Misal dari hulu sudah tergarap tinggal penyerapan produksi. Mendukung produk lokal gitu,” kata Nizar.
Lebih lanjut, komunitas kopi di Kebumen sejauh ini juga terus mengkampanyekan kopi lokal kepada masyarakat. Perlakuan tersebut agar masyarakat bisa merasakan tidak hanya produk kopi industri tapi juga kopi asli Kebumen. “Sudah sering buat acara kolaborasi, ini kita sedang rencana ada event pesta kopi. Tujuannya meningkatkan selera kopi Kebumenan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Kebumen Sri Susilowati sepakat kopi lokal menjadi salah satu prodak unggulan. Bahkan jika perlu bisa menjadi ikon potensi kekayaan pertanian Kebumen. Dengan begitu akan ada nilai pemberdayaan bagi para petani kopi maupun unsur lain. “Ya, kopi Kebumen harus berani bersaing. Bukan cuma lumbung padi tapi lumbung kopi juga dong. Pengembangan produk turunan diperhatikan betul,” jelasnya.
Di DPRD, kata Susi, terus mendorong pelaku usaha bisa berkembang. Salah satunya dengan membuat regulasi yang mengatur tentang hasil produksi lokal bisa bersaing di swalayan, warung retail maupun waralaba. Peluang tersebut hendaknya diambil yang berkecimpung di dunia kopi untuk menjadikan komoditas unggulan. “Perda itu sebenarnya memberikan ruang gerak bebas, mengeksplore apa yang dimiliki Kebumen. Karena ada ketentuan swalayan harus melibatkan produk UMKM lokal,” bebernya. (fid/pra)