KEBUMEN – Pascapemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM, Sabtu kemarin (3/9), harga sejumlah komoditas tak terkontrol. Seperti cabai keriting merah misalnya, kini tembus Rp 70 ribu per kilogram (kg). Atau naik mencapai Rp 20 ribu dari harga sebelumnya selepas kenaikan harga BBM.
Pantauan di Pasar Tumenggungan mayoritas harga bumbu dapur mengalami kenaikan. Fenomena ini terjadi sehari setelah pengumuman kenaikan harga BBM. Ditingkat pedagang harga komoditas cabai naik cukup bervariatif mulai belasan ribu hingga puluhan ribu.
Per 4 September 2022 pukul 12.30, harga cabai rawit mencapai Rp 42 ribu per kg. Padahal sebelumnya berkisar Rp 30 ribu per kg. Sedangkan cabai merah besar seharga Rp 80 ribu dari sebelumnya sekitar Rp 60 ribu per kg. “Cabai rawit akhir bulan kemarin masih Rp 25 ribu sekilo. Sebelum bensin naik sudah naik, parahnya sudah ada pengumuman itu,” beber pedagang Pasar Tumenggungan Nur Pujiati, Minggu (4/9).
Kenaikan harga cabai ini dipicu minimnya pasokan dari petani, kemudian diperparah naiknya harga BBM subsidi jenis pertalite yang mencapai 30,72 persen. “Cabai keriting merah per hari ini naik 20 ribu. Rata-rata pemasok bilangnya solar kendaraan naik,” lanjutnya.
Selain komoditas cabai, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas bawang, kacang dan jeruk masak. Untuk bawang merah jauh lebih mahal Rp 7 ribu pasca-BBM naik. Artinya, harga sebelumnya berkisar Rp 28 ribu per kg. Sementara bawang putih naik Rp 2 ribu. Sedangkan harga kacang tanah saat ini berkisar Rp 30 ribu per kg, dari sebelumnya Rp 28 ribu. Kenaikan harga signifikan terlihat pada harga jeruk nipis. Tadinya berkisar Rp 6 ribu per kg, kini mencapai Rp 15 ribu. “Per hari ini bawang keduanya naik. Bos-bos sudah pada telepon harga bisa bertahan segitu,” jelas Nur.
Nur memprediksi, kondisi harga tersebut akan terus merangkak naik dengan melihat kebutuhan pasar serta penyesuaian harga BBM terbaru. Karena itu, dirinya kini tidak berani stok barang berlebih guna menghindari resiko kerugian. “Kemungkinan naik lagi ya, dari pengepul harga sudah bikin pusing. Kita juga ikut dong biar tidak rugi,” ucapnya.
Pedagang lain, Ali Mastur menyampaikan kenaikan harga BBM menjadi pukulan ganda tidak hanya dirasakan pembeli tapi juga bagi para pedagang. Situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih karena dampak Covid-19, ditambah kenaikan harga BBM subsidi menurutnya menjadi tantangan berat pedagang sembako. “Sebenarnya sekarang lagi menata harga jualan lagi, adaptasi lah istilahnya. Tiba-tiba ini (BBM) naik, serba bingung,” ucapnya.
Ia juga khawatir kenaikan harga BBM akan memicu menurunnya daya beli masyarakat. Atas hal itu tidak menutup kemungkinan harus menanggung konsekuensi kerugian. “Yang tadinya mau belanja banyak sekarang mikir. Tadinya dapat banyak sekarang cuma sedikit. Kan gitu logikanya,” terang Ali. (fid/pra)