Neutron Yogyakarta
Dipakai Kantoran Bisa, Kerja Lapangan Oke

Trendi dan Nyaman dengan Combat Boots 

Trendi dan Nyaman dengan Combat Boots 

JOGJA – Combat boots belakangan kembali digemari sejumlah kalangan. Sepatu trendi ini dipakai pelbagai kalangan, baik laki-laki maupun perempuan. Usia muda maupun tua.

Dalam perkembangannya, sepatu jenggel boot bukan hanya terbuat dari bahan kulit saja. Namun juga bahan sintesis maupun bahan sepatu kombinasi kanvas. Hal ini seiring dengan meluasnya pangsa pasar.

Anggi Brosasmita, 27, warga Nganglik, Sleman, mengaku menggunakan sepatu boots bukan hanya karena tren. Namun ada unsur manfaat penting yang ia peroleh.

“Saya pake boots kalo adem, soalnya pakai kaos kaki panjang itu males. Kalau boots kan nutup sampe engkel,” ujarnya Junat (9/9).

Nisa, 23, warga Tridadi, Sleman, mengaku suka memakai sepatu model jenggel yang dimodifikasi. Sebagai anak muda, ia kerap melakukan foto outfit of the day (OOTD) dan sepatu memiliki peran penting.

“Saya suka sepatu boots karena enak, nyaman dipakai. Terus sepatu boots juga mudah di-mix and match, cocok banget buat ootd-an. Kebetulan saya juga suka style yang tomboy gitu. Udah bertahun-tahun ini kalo beli sepatu selalu model boots, karena emang model sepatu yang paling favorit,” ungkapnya.

Lain lain dengan Ditya Nararyo, 40, warga Kota Jogja yang mengaku menjadikan sepatu boots sebagai andalan. Sebab, memiliki dua fungsi sekaligus.

“Memang boots jadi salah satu andalan karena dari sisi penampilan bisa dibilang semi casual dan semi formal. Artinya untuk keperluan resmi pun, ke kantor juga bisa. Kemudian warnanya resmi kayak hitam dan coklat,” jelasnya.

Ditya yang juga aparatur sipil negara (ASN) ini mengatakan  pekerjaannya kerap harus turun ke lapangan. Sehingga cocok menggunakan sepatu jenis itu.

“Pekerjaan selain di kantor juga banyak di lapangan. Jadi pilihan tidak hanya melulu formal resmi, tapi juga di lapangan. Saya bisa dibilang seneng sepatu, bukan kolektor,” ujarnya.

Sementara itu, Maryatun, 49, warga Depok, Sleman, mengaku sudah dua tahun memakai sepatu jenggel dengan hak yang lumayan tinggi. Rupanya ada alasan khusus.

Seneng. Di samping nambah tinggi juga pakai motor tinggi kan. Kalau gak pakai sepatu ini, gak nyampai kakinya. Di samping itu kan keliatan keren,” ujarnya.

Senada, Victorianus, 49, warga Purwomartani, Sleman, mengungkapkan penggunaan sepatu berdasarkan asas manfaat. Menurutnya, terlihat keren adalah bonus.

“Enak aja dipakai. Kalau sisi fashion dikit lebih ke safety, karena sampai mata kaki. Kadang naik sepeda motor ada aja kan misal jalan berlubang, kaki bisa nyelip,” tandasnya. (lan/laz)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)