JOGJA – Akhir-akhir ini nama Bjorka sedang ramai diperbincangkan baik di internet maupun di dunia nyata. Hacker Bjorka ini dikenal karena kasus doxing. Doxing merupakan tindakan berbasis internet untuk meneliti dan menyebarluaskan informasi pribadi secara publik terhadap seseorang individu atau organisasi. Tindakan doxing ini termasuk melanggar privasi karena membagikan data pribadi orang lain. Melihat permasalahan tersebut, Widya Analytic menggelar Webinar bertema “Memahami Fenomena Doxing dari Kemunculan Hacker Bjorka”.
Webinar yang berlangsung pada Kamis, 22 September tersebut menghadirkan Pakar Cyber Security Analyst Dedy Hariyadi sebagai pembicara. Di awal, Dedy mengatakan bahwa setiap orang yang terhubung dengan internet mempunyai potensi terkena serangan cyber. Potensi serangan cyber tersebut bisa berasal dari serangan orang lain yang memang telah menjadikan kita target sejak awal atau bahkan kita sendiri yang membagikan data kita. Hal ini bisa terjadi saat kita melakukan transaksi digital yang memerlukan data atau informasi pribadi.
Selanjutnya, Dedy menjelaskan mengenai kategori dampak berdasarkan informasi dan berdasarkan informasi organisasi saat data tersebar. Jika dilihat dari kategori dampak berdasarkan informasi, dampaknya mulai dari level none, privacy breach, proprietary breach, dan integrity loss. Sedangkan dari kategori dampak berdasarkan informasi organisasi, dampak yang terjadi mulai dari none, regulated information breach, intellectual property breach, confidential information breach, dan integrity loss. Semua kategori dampak tersebut dikelompokkan berdasarkan apakah ada data yang dicuri, dihapus, diubah, dan lain-lain mulai dari dampak terkecil hingga terbesar.
Setelah penjelasan mengenai potensi dan dampak penyebaran data, pembicara yang merupakan seorang VP of Technology Widya Security tersebut mengatakan bahwa pengungkapan data pribadi disebut dengan doxing. Dedy menyarankan jika data kita sudah terlanjur tersebar seperti kasus Bjorka saat ini, kita bisa mencoba melakukan inventaris aset digital dan yang terpenting tetap waspada dengan pihak asing. Jangan mudah percaya pada orang asing, terutama dalam kegiatan transaksional.
Webinar yang berlangsung selama kurang lebih 90 menit tersebut berjalan lancar. Hal ini dapat terlihat dari diskusi yang diadakan setelah sesi penyampaian materi. Beberapa peserta dengan antusias mengajukan pertanyaan seperti bagaimana meyakinkan diri bahwa alat pembayaran virtual yang disediakan perusahaan jasa transfer uang semacam PayPal dapat terpercaya, pertanyaan terkait tips bagaimana cara agar sosial media kita tidak gampang diserang, bagaimana cara mengintegrasikan perkembangan teknologi saat ini dengan keamanan cyber yang ada, dan beberapa pertanyaan lainnya. Semua pertanyaan tersebut dijawab dengan baik oleh pembicara yang juga merupakan seorang dosen sekaligus peneliti di Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta tersebut. (pra)