Neutron Yogyakarta

Harga Kedelai Naik, Produsen Kurangi Ukuran Tempe

Harga Kedelai Naik, Produsen Kurangi Ukuran Tempe
TELATEN: Karyawan mengemas kedelai di Pabrik Tempe Muchlar di Kalurahan Ngestiharjo, Kasihan (7/11). Naiknya harga kedelai membuta produsen memperkecil ukuran tempe. GREGORIUS BRAMANTYO/RADAR JOGJA

RADAR MAGELANG – Harga kedelai impor yang terus mengalami kenaikan. Jika biasanya berkisar antara Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu, kini menyentuh Rp 13.200 per kilogram. Hal ini pun membuat produsen tempe terpaksa mengurangi ukuran produk.

Seperti yang dilakukan oleh Abdul Karim, pengelola Pabrik Tempe Muchlar. Cara itu dinilai sebagai jalan terbaik dibandingkan menaikkan harga jual tempe. “Konsumen pasti mengeluh. Kami lama-lama bisa kehilangan pelanggan,” tuturnya kepada Radar Jogja Selasa (7/11).

Volume tempe dikurangi sekitar 25 gram hingga setengah ons tiap kemasannya. Pabrik tersebut mengemas tempe dengan beragam ukuran kemasan. Yakni 130 gram, 350 gram, 550 gram, hingga 2,5 ons. “Dari 2,5 ons sekarang dikurangi sekitar setengah ons. Tapi harganya tetap Rp 3 ribu,” jelas Abdul.

Baca Juga: Harga Kedelai Impor Naik, DKUKMPP Bantul Berusaha Agar Ada Kedelai Lokal Unjuk Gigi

Dia berharap pemerintah bisa segera menekan kenaikan harga kedelai bisa stabil. Langkah yang ia harapkan adalah pemerintah menjaga stabilitas harga dengan membuat acuan harga eceran tertinggi (HET) untuk kedelai impor.

Pada 2020 lalu, lanjutnya, kenaikan harga kedelai impor berkisar Rp 9.200 per kilogram. Para produsen dan pedagang tempe dan tahu pun sudah beberapa kali melakukan aksi mogok produksi sebagai bentuk protes.

Namun, Abdul menyebut, para produsen di Jogja tidak bisa melakukan hal serupa. Apalagi mengajukan subsidi kepada pemerintah. Sebab di Jogja tidak ada Koperasi Produsen Tahu Tempe (KOPTI). “Makanya kalau mau demo juga tidak bisa karena tidak ada organisasi,” ungkapnya.

Baca Juga: Harga Kedelai Impor dari Amerika Naik, Produsen Kurangi Volume Tempe

Ditemui terpisah, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (DKUKMPP) Bantul Agus Sulistyana mengatakan, pihaknya belum memiliki rencana untuk memberikan subsidi. Sebab aturan menggenai subsidi cukup rumit. Apalagi subsidi berkaitan dengan besaran uang. “Saat ini Indonesia kan baru butuh uang yang banyak untuk hal-hal lain. Seperti pemilu misalnya,” ujarnya.

Disinggung mengenai penyebab terus merangkaknya harga kedelai impor, Agus mengakui belum bisa memastikan. “Saya kurang tahu kalau itu,” ucapnya singkat.

Meski begitu, dinasnya berusaha agar ada kedelai lokal Bantul yang mampu unjuk gigi. Dengan menyiapkan ketersediaan pangan berkelanjutan melalui Sistem Resi Gudang (SRG) di Gudang SRG Niten. Di mana pengelolaannya bekerja sama dengan CV Java Agro Prima. “Sekarang sudah mulai melatih kepada petani untuk menyiapkan dan menanam benih, lalu memanennya nanti dengan kedelai Bantul,” jelasnya.

Baca Juga: KWT Rahayu Kerap Jadi Jujugan Wisman, Belajar Mengolah Kedelai Jadi Produk Makanan Modern

Dia berharap jika nantinya 700 hektare lahan bisa panen. Selain itu, pihaknya juga menyiapkan SRG yang akan menyimpan hasil panen tersebut. Ketika harga komoditas kedelai turun, petani kedelai akan mendapatkan sertifikat resi yang bisa diuangkan. “Pinjaman yang bisa diberikan kepada petani mencapai 70 persen dari total harga jual pasaran dari komoditas yang diresikan. Nantinya semua hasil penjualan bisa diambil petani sesuai kesepakatan dengan pengelola,” bebernya. (tyo/eno)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)