Neutron Yogyakarta

Masyarakat Mulai Beralih ke Konsep Alam

Masyarakat Mulai Beralih ke Konsep Alam
LARIS : Pengrajin serabut kelapa di Desa Rantewringin, Kecamatan Buluspesantren menerima banyak pesanan dari pasar dalam negeri maupun mancanegara.M Hafied/Radar Kebumen

RADAR MAGELANG – Produk kerajinan serabut kelapa khas Desa Rantewringin, Kecamatan Buluspesantren diminati pasar mancanegara. Berbagai jenis kerajinan dari limbah kelapa tersebut banyak dikirim ke Tiongkok daratan, Malaysia hingga Jepang.

Beberapa jenis kerajinan serabut kelapa yang banyak diminati meliputi berbagai hiasan interior rumah, perkakas hingga kebutuhan eksterior bangunan. “Kebetulan saya pelaku, sekarang berhenti karena kesibukan jadi lurah. Tapi pengepul masih tetap jalan. Setiap kirim paling tidak satu tronton penuh,” kata Kepala Desa Rantewringin Sri Norma Cherani, Senin (24/7/23).

Menurut Norma, banyaknya permintaan kerajinan serabut kelapa tidak terlepas dari kesadaran masyarakat lokal maupun mencanegara yang memilih beralih ke konsep alam. “Dilihat segmen pasar sekarang cenderung pilih back to nature. Nah perajin sini otomatis ikut kecipratan rezeki,” sambungnya.

Baca Juga: Seiring Kesadaran Masyarakat Beralih ke Konsep Alam, Melihat Potensi Serabut Kelapa Desa Rantewringin

Dia bersyukur banyaknya orderan dari lintas negara memberikan dampak positif bagi para perajin. Kondisi ini diharapkan dapat mewujudkan kemandirian serta pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. “Sudah mulai naik kelas. Dulu paling terima keset lantai. Sekarang dituntut penuhi permintaan biar nilai jual tinggi,” terangnya.

Norma mengatakan, selain ekspor ke luar negeri, kerajinan serabut kelapa buatan warga juga rutin dikirim ke wilayah Kalimantan. Di sana, produk olahan serabut kelapa tersebut dibutuhkan untuk proses penambangan emas tradisional. “Sopir yang bawa itu cerita buat tambang emas. Jadi buat penyaring gitu. Sama untuk reklamasi area tambang,” ungkapnya.

Norma menjelaskan, Desa Rantewringin merupakan salah satu sentra kerajinan serabut kelapa di Kebumen. Bahkan, kata dia, mayoritas atau hampir setiap perempuan usia produktif memiliki keahlian membuat kerajinan dari serabut kelapa. “Ya memang sudah turun temurun. Dari mbah saya. Misal lewat sini gitu, pasti lihat banyak ibu-ibu di depan rumah buat kerajinan,” ungkapnya.

Baca Juga: Serabut Kelapa Bisa Jadi Tas Menawan

Sementara itu, seorang perajin, Endah Sunarti, mengungkapkan saat ini banyak menerima pesanan untuk kebutuhan hotel. Seperti keset, vas bunga dan berbagai ornamen interior lain. Harga yang ditawarkan pun cukup bervariatif, tergantung jenis dan ukuran. “Tinggal pesannya apa. Sekarang sih banyak buat penginapan. Pas musim bunga itu pot. Setiap hari ada yang pesan,” terang perempuan 38 tahun itu. (pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)