RADAR MAGELANG – Kesulitan mengakses pupuk bersubsidi bukan menjadi alasan petani di Desa Singosari, Kecamatan Ambal mogok bercocok tanam. Mereka justru mampu bertahan dalam mengelola lahan pertanian. Caranya dengan berinovasi memproduksi pupuk organik.
Ketua Kelompok Tani Desa Singosari Muhromin mengatakan, sudah lima tahun terakhir anggota kelompok tani di desanya mulai beralih, dari penggunaan pupuk kimia bersubsidi ke pupuk organik. Kondisi ini akibat ketidakpastian harga dan pasokan pupuk bersubsidi dari pemerintah. “Bertahan pakai itu (pupuk bersubsidi) minus hasilnya. Sekarang harga gak karuan. Ya kalau pas lagi stok banyak. Misal langka repot. Gak sumbut lah,” ucapnya, Kamis (27/7/23).
Dilihat dari perspektif ekonomi, penggunaan pupuk organik dinilai sangat tepat bagi petani. Minimal, kata Muhromin, dapat memangkas ongkos pembelian pupuk subsidi. Selain itu, tidak begitu resiko manakala ketersediaan pupuk subsidi terkendala. “Kami sudah mulai tau manfaat. Hasil panen tidak berkurang, 10 ubin bisa satu kuintal. Nasi lebih bagus dan rasa beda karena pakai bahan alami,” sambung pria 53 tahun itu.
Baca Juga: Intens Dampingi Klomtan, Inginkan Petani Beralih ke Pupuk Organik
Pupuk organik produk kelompok tani Desa Singosari terbuat dari 15 jenis bahan baku. Dengan memperhatikan kandungan unsur hewani dan nabati serta sayuran dan buah-buahan. Pupuk ini diproduksi melalui cara fermentasi. Butuh waktu minimal 30 hari, sebelum pupuk berbentuk cair tersebut siap digunakan.
Setiap menjelang musim tanam (MT), kelompok tani akan memproduksi pupuk secara massal. Kemudian dibagikan untuk mencukupi kebutuhan dua siklus MT. Adapun pemakaian, setiap tiga tutup cairan pupuk organik digunakan untuk 14 liter tangki air. “Dari pertama tanam sampai panen itu 7 kali semprot. Pupuk ukuran satu botol air mineral kecil ya masih lebih banyak,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Songosari Widodo menyampaikan, secara perlahan petani mulai paham pentingnya mengurangi ketergantungan pupuk kimia. Selain tidak mengurangi hasil panen, penggunaan pupuk organik menurutnya dapat menjaga ekosistem area lahan pertanian. “Alon-alon petani sadar. Intinya buat mengurangi aja. Berhenti pakai pupuk subsidi sekaligus tidak bisa,” ungkapnya.
Baca Juga: Tingkatkan Produktivitas Pertanian, Kementan Masifkan Penggunaan Pupuk Organik
Selama ini, kata dia, pihak pemerintah desa selalu mendorong agar petani mandiri. “Warga kami di sini 95 persen petani dengan luas lahan pertanian 83 hektare. Terus kami dukung melalui anggaran desa,” ujarnya. (fid/pra)