RADAR MAGELANG – Beberapa waktu lalu, Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jateng memperkirakan awal musim kemarau terjadi pada Mei dan puncaknya sekitar Oktober. Sementara, Kabupaten Purworejo diperkirakan akan terdampak El Nino yang mengakibatkan musim kemarau lebih lama dan kering.
Biasanya, fenomena El Nino tersebut akan berdampak pada hal pangan. Namun, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Purworejo Hadi Sadsila menyebut, stok pangan utamanya beras di Kabupaten Purworejo dinilai cukup aman dan aman. “El Nino ini terjadi di musim tanam ketiga (MT3). Kita sudah berhasil melewati MT2 dan Kabupaten Purworejo ini biasanya surplus setiap panen. Sehingga stok pangan kita cukup aman meskipun El Nino mengancam,” katanya Senin (14/8).
Diketahui, lahan pertanian di Kabupaten Purworejo kurang lebih 26 ribu hektare dan 18 hektare di antaranya produksinya efektuf. Rata-rata per hektare bisa menghasilkan sebanyak 6,8 ton gabah. Dia menghitung, secara kasar, setiap orang per hari itu membutuhkan rata-rata empat ons beras. Sehingga, per hari dibutuhkan 280 ton beras untuk mencukupi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Purworejo. “Jadi, produksinya harus segitu kalau tidak ya akan terjadi krisis pangan,” ungkapnya.
Hadi mengatakan, dia khawatir jika MT3 tahun ini akan mundur. Jika demikian, akibatnya adalah akan berkurangnya debit air pada sumber irigasi. “Kalau debit air berkurang otomatis mengganggu masa tanam. Kalau saluran irigasi mengering petani tentu tidak bisa tanam. Masa tanam ketiga kemungkinan akan mundur,” kata dia.
Untuk itu, dia meminta agar para petani dapat menggunakan air secara efektif lebih efektif dalam menggunakan air. Yakni, agar tetap bisa menanam dan bisa panen di MT3. (han/pra)