Neutron Yogyakarta

Tetap Bersyukur karena Harga di Pasaran Cuma Rp 750 Ribu

Tetap Bersyukur karena Harga di Pasaran Cuma Rp 750 Ribu
SEMRINGAH: Meski hanya mendapat uang ganti kerugian (UGR) sebanyak Rp 3.949.092, namun Tugito tetap mensyukurinya. Naila Nihayah/Radar Jogja

RADAR MAGELANG – Dari sekian banyak penerima uang ganti kerugian (UGR) proyek pembangunan tol Jogja-Bawen di Desa Keji, Muntilan, Tugito lah yang mendapat paling sedikit. Dia hanya memperoleh Rp 3.949.092 juta. Sebab, bidang tanah yang terdampak hanya satu meter persegi.

Wajah semringah tampak di raut muka Tugito. Meski tetangga-tetangganya akan memperoleh ratusan juta bahkan miliaran rupiah, dia hanya memperoleh UGR Rp 3 juta. Tapi dia mengaku bersyukur karena pemerintah masih membayar UGR tersebut.

Bahkan, kata dia, UGR yang diberikan nilainya beberapa kali lipat daripada harga tanah di desanya. Umumnya, harga tanah di desanya sekitar Rp 600 ribu-Rp 750 ribu. “Saya punya warung kelontong. Luasnya 52 meter persegi, tapi yang kena (pembangunan tol Jogja-Bawen) justru di luar bangunan warung itu. (Hanya) satu meter persegi,” ujarnya saat ditemui, Senin (4/9).

Rencananya, uang itu bakal digunakan untuk menambah modal. Semula, Tugito meminta agar tanah miliknya itu tidak terdampak pembangunan tol Jogja-Bawen. Karena saat itu, dia masih memiliki tanggungan membiayai nikah sang anak. Dia khawatir, sebelum melangsungkan pernikahan, warung yang berada di Dusun Sempon, Keji itu digusur.

Namun, begitu sang anak sudah menikah, dia kembali mengajukan agar warung miliknya dibeli oleh pemerintah. “Waktu (anak saya) belum nikah, bingung. Akhirnya saya pertahankan dulu (warungnya). Setelah nikah, saya ajukan lagi supaya dibeli oleh pihak tol. Mudah-mudahan disetujui sisanya,” bebernya.

Tugito bersyukur, meski hanya terdampak satu meter persegi, namun pemerintah membayarnya sekitar enam kali lipat dari harga awal. Dia juga mendukung penuh proyek pembangunan tol Jogja-Bawen tersebut. “Kemungkinan (UGR saya) paling kecil satu desa. Tapi, kalau dihitung-hitung, ya (pemerintah bayarnya) mahal karena tanah di desa saya itu biasanya Rp 600 ribu-Rp 750 ribu per meter persegi,” kata dia.

Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Magelang A Yani menuturkan, pembayaran UGR di Desa Keji ini memasuki tahap keempat. Dia menyebut, ada 20 bidang tanah yang disetujui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN). Total yang dibayarkan yakni Rp 29,9 miliar dengan luas 0,7 hektare. Para ahli waris juga berkumpul untuk menerima UGR.

Sementara di Desa Keji, bidang tanah yang terdampak pembangunan jalan tol Jogja-Bawen bervariasi. Seperti lahan pertanian, pekarangan, dan lainnya. “Nominal (UGR) juga fluktuatif. Ada yang mendapat Rp 2 miliar, ada juga yang dapat Rp 200 juta. Kami juga sudah mengajukan surat permohonan pembayaran (SPP) ke LMAN, tinggal menunggu persetujuan,” sebutnya. (pra)

Lainnya

Exit mobile version