Neutron Yogyakarta

Warga Clapar Meninggal di Atas Pohon Jengkol

Warga Clapar Meninggal di Atas Pohon Jengkol
EVAKUASI: Tim gabungan tengah berupaya untuk menurunkan Asrofi dari atas pohon jengkol Rabu(6/9/23).Naila Nihayah/Radar Jogja

RADAR MAGELANG – Warga Dusun Clapar, Purwodadi, Tegalrejo bernama Asrofi, 53, ditemukan meninggal dunia saat tengah memetik jengkol. Korban diduga meninggal akibat penyakit jantung yang dideritanya. Sebab berdasarkan pemeriksaan sementara, ada bekas kerokan.

Kejadian itu menggegerkan warga setempat. Mereka pun berbondong-bondong menyaksikan proses evakuasi yang berjalan dramatis tersebut. Tim gabungan dari Basarnas Unit Borobudur dan Damkar Kabupaten Magelang pun mengerahkan alatnya untuk mengevakuasi korban.

Kapolsek Tegalrejo Iptu Tri Yoko Yulianto mengatakan, Asrofi diketahui pamit kepada istrinya untuk mengambil jengkol sekitar pukul 09.00. Pada pukul 11.00, ada seorang warga bernama Aminah yang melintas di bawah pohon jengkol tersebut.

Baca Juga: Puluhan Umat Tri Dharma Ikuti Ritual Keng Hoo Ping di Magelang

Mengetahui ada seseorang dalam kondisi telungkup di ranting pohon, Aminah lantas memanggilnya. Namun, yang bersangkutan tidak memberikan respons. “Kemudian, ibu Aminah memanggil tiga orang lainnya untuk mengecek kondisi Asrofi,” ujarnya saat ditemui di lokasi Rabu (6/9/23).

Salah satu dari ketiganya pun mengambil tangga besi untuk naik ke atas pohon. Saat diperiksa, denyut nadi Asrofi sudah tidak terasa. Lantaran tidak berani mengambil langkah yang lebih jauh, warga pun melaporkan kejadian itu kepada Polsek Tegalrejo.

Pada pukul 15.15, korban berhasil diturunkan. Kemudian, jenazah Asrofi diperiksa oleh dokter dari puskesmas setempat dan tim Inafis Polresta Magelang. Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, Asrofi meninggal karena penyakit jantung dan tidak ada tanda-tanda penganiayaan. “(Saat ditemukan, Red) sudah meninggal sekitar 3-4 jam,” ungkapnya.

Baca Juga: Operator Tur Internasional Siap Promosikan Wisata Magelang

Ketua Koordinator Unit SAR Borobudur Basuki menjelaskan, saat mengevakuasi Asrofi, pihaknya menggunakan teknik loring atau menurunkan korban dengan tali. Petugas sempat kesulitan karena pergerakan yang terbatas. “Kalau di pohon, kendalanya anchor point yang kami gunakan untuk penurunan agak susah dan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit,” jelasnya.

Apalagi, Asrofi meninggal dalam posisi telungkup di ranting pohon setinggi enam meter. Beruntung, rantingnya cukup kuat sehingga korban tidak jatuh. Sementara saat proses penarikan korban, tidak ada masalah karena tubuhnya dikaitkan dengan tali yang cukup kuat. (aya/eno)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)