RADAR MAGELANG – Mentok-mentok dari berbagai daerah didatangkan ke Kebumen. Mereka beradu berat mentok. Ajang itu sekaligus menunjukkan mentok tak hanya untuk konsumsi. Bahkan pernah ada yang menjual seekor mentok Rp 15 juta.
Sebanyak 133 ekor mentok tampil dalam ajang kontes adu bobot di Pantai Mliwis, Kecamatan Ambal, Kebumen, Minggu (24/9). Ratusan mentok tersebut dibawa para kolektor atau maniak mentok dari berbagai penjuru daerah.
Ketua Paguyuban Sedulur Mentok Kebumen Sucipto Adi Wibowo menyampaikan, kontes ini sengaja digelar sebagai ajang silaturahmi para maniak mentok. Dia tak menyangka gelaran rutin tahunan tersebut kini lebih disambut antusias masyarakat. “Beberapa kali kami buat acara, peserta (kontes) nambah terus. Ini yang kemudian sebagai kekuatan,” katanya.
Data dihimpun penyelenggara kontes, kegiatan ini kebanyakan diikuti komunitas mentok luar daerah. Meliputi Kendal, Pangandaran, Mojokerto, Cilacap dan Jogja. Kemudian, ada dari Banjarnegara, Purbalingga, Purworejo, Ngawi, Tulungagung, Tangerang serta Banyumas.
Selain wadah silaturahmi, kontes tersebut juga diharapkan menjadi ruang kampanye kepada masyarakat. Bahwa mentok bukan lagi sekedar hewan peliharaan, melainkan sudah menjadi komoditas hobi. “Kami mencoba supaya mentok lebih mahal harganya. Selama ini mayoritas cuma tahu mentok itu sebatas bahan komsumsi aja,” jelasnya.
Sucipto menjelaskan, terdapat beberapa kriteria penilaian dalam kontes mentok. Seperti kriteria bobot atau jumbo dan hias. Namun yang paling banyak diminati peserta adalah kontes kriteria mentok jenis jumbo. “Paling eksis ya mentok jumbo. Waktu itu ada dari Ngawi sampai bobot 8,25 kilogram. Terakhir ada yang jual satu ekor Rp 15 juta,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distapang) Kebumen Teguh Teguh Yuliono mengaku senang atas kehadiran komunitas pecinta mentok di Kebumen. Menurutnya, kegiatan atau program komunitas secara tidak langsung akan meningkatkan nilai jual mentok. Artinya, mentok tidak lagi menjadi hewan ternak, tapi sudah mengarah sebagai hewan seni. “Kontes ini membuka wawasan masyarakat, ternyata banyak varian dan jenis mentok. Nilai plus lagi, wisata juga lebih ramai,” ucapnya.
Teguh menyebut, jumlah sebaran popululasi mentok di Kebumen berkisar 90 ribu ekor. Dari populasi tersebut dia optimis mentok akan menjadi kekuatan baru, jika budidaya mentok serta komunitasnya teroraganisir dengan baik.
Distapang, kata Teguh, juga akan terus mendorong agar muncul bibit unggulan mentok khas Kebumen. Seperti halnya sapi unggulan jenis peranakan ongole (PO) Kebumen. “Peternak mentok itu ada sekitar 10 ribu orang. Nah ini modal penting. Kami juga bersemangat ada mentok ciri khas Kebumen. Sudah terbukti bisa di sapi PO,” bebernya. (fid/pra)