RADAR MAGELANG – Siti Mustolikah, warga Dusun Bumen Jelapan, Desa Karangrejo, Borobudur tampak menarik tuas pada saluran pipa gas alam di rumahnya. Gas itu mengalir dari Balkondes Pertamina Gas Negara (PGN) Karangrejo. Keberadaan fasilitas ini menjadi wujud komitmen PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN dalam menyalurkan energi baik kepada masyarakat.
Sembari memperlihatkan caranya, Mustolikah bercerita, sudah lebih dari satu tahun memanfaatkan gas alam ini. Mustolikah menyebut, saat pertama kali dipasang pipa, dia bersama warga Bumen Jelapan lainnya mendapat instalasi dan kompor dua tungku gratis. Bagi dia, kehadiran gas alam itu mampu menjadi penolong saat adanya kelangkaan gas melon di pasaran.
Menurutnya, jika dikalkulasi, penggunaan gas alam ini bisa memangkas biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membeli gas melon setiap bulannya. Alih-alih membayar tagihan lebih tinggi, penggunaan gas alam justru lebih hemat. Tapi memang, untuk pengeluaran setiap bulan, selalu berbeda. Tergantung intensitas pemakaian.
Baca Juga: Gas Alam Jadi Penolong saat Gas Melon Langka
Sistem pembayaranya pun sama seperti listrik, yakni diukur dengan meteran. Pembayannya bisa dilakukan di minimarket, dompet digital, dan lainnya. “(Gas alam) lebih irit. Rata-rata sebulan (tagihannya) Rp 40 ribu-Rp 50 ribu. Tergantung pemakaian. Ada juga (warg) yang habis Rp 30 ribu hingga Rp 100 ribu,” ujarnya saat ditemui, Rabu (11/10).
Sebelum menggunakan gas alam, ia bisa menghabiskan tiga hingga empat tabung gas melon ukuran 3 kilogram (kg) dengan harga Rp 22 ribu. Jumlah itu biasanya habis dalam satu bulan. Usai beralih gas alam, ia bisa menekan pengeluaran. Setidaknya lebih murah ketimbang memakai gas melon. Lebih-lebih, ketika adanya kelangkaan gas melon, ia tidak kesulitan lagi.
Dia mengaku, penggunaan gas alam dirasa lebih nyaman dan tidak ada kendala yang berarti. Bahkan, hanya terhitung tiga kali dia mengalami kendala. Itupun sangat sederhana. Seperti tersumbatnya jaringan pipa gas tersebut. Namun, hal itu bukan menjadi masalah besar dan dapat segera diatasi oleh petugas yang berjaga di Balkondes PGN Karangrejo. Terlebih, petugas PGN setiap bulan melakukan pemeriksaan rutin terhadap jaringan gas tersebut.
Baca Juga: Jangan Bakar Daun di Dekat Pipa, Gas Alam Balkondes PGN Karangrejo Tersalur ke 226 KK
Meski begitu, ada sedikit kekhawatiran pada dirinya. Terutama jika ada kebocoran pipa. Namun, dia optimistis, PT PGAS dapat menjamin keamanan dari penggunaan gas tersebut. Mengingat hampir seluruh warga Dusun Bumen Jelapan memanfaatkan gas alam dari Balkondes PGN Karangrejo itu. Ditambah dengan satu dusun lagi, yakni Dusun Kretek 2.
Sama halnya dengan Mustolikah, Nurma mengaku, sejak adanya sosialisasi penggunaan gas alam, ia tertarik untuk mencobanya. Sebab, penggunaannya dirasa lebih hemat ketimbang memakai gas melon. Sejak awal, warga Desa Karangrejo, khususnya di Bumen Jelapan dan Kretek 2, dia sudah disarankan untuk memakai gas alam. “Saya pun setuju untuk menggunakannya,” ujar dia.
Jika dibanding dengan gas melon, ia bisa menghemat kurang lebih 10 persen. Karena dia memiliki warung dan kerap menggunakan gas, rata-rata sebulan hanya mengeluarkan biay RP 60 ribu. “Ya sedikit banyak terbantu dengan adanya gas alam ini,” sambungnya.
Kepala Desa Karangrejo Muhammad Hely Rofikun menyebut, pembangunan pipa gas sepanjang 3.900 meter itu untuk melayani ratusan sambungan jaringan gas bumi rumah tangga. Gas alam ini disalurkan kepada 226 kepala keluarga (KK) di dua dusun. Yakni Dusun Bumen Jelapan dan Kretek 2. “Masih ada empat dusun atau kurang dari 800 KK yang belum mendapatkan manfaat dari gas alam tersebut,” bebernya.
Keuntungannya, warga tidak perlu repot membeli tabung gas melon. Bahkan, harganya cenderung lebih ekonomis. Para warga penerima manfaat itu sudah merasa nyaman menggunakan gas alam. Termasuk dirinya yang sebelumnya bisa menghabiskan antara lima hingga enam tabung gas. Mereka pun tidak takut jika sewaktu-waktu kehabisan gas.
Sementara untuk kapasitas gas alam itu, dia tidak mengetahui secara pasti. Hanya saja, setiap 15 hari atau satu bulan sekali, ada mobil tangki yang datang. Mengisi kembali gas alam tersebut. Dia berharap, penggunaan gas alam ini dapat menyentuh ke empat dusun lainnya.
“Ini (gas alam) sangat membantu. Agar warga juga punya kreativitas untuk menumbuhkan UMKM, seperti makanan ringan,” ujarnya.
Regional Super Service Sales and Operation Regional III PGN Hamal Syahan menuturkan, gas alam dari Balkondes PGN Karangejo itu didapat dari Semarang, Jawa Tengah maupun Surabaya, Jawa Timur. Lalu, dialirkan ke dua dusun di Desa Karangrejo. Namun, dia tidak mengetahui secara pasti volume dari gas alam tersebut.
Hamal menambahkan, penggunaan gas alam ini dinilai lebih aman karena memiliki tekanan yang lebih rendah. Sehingga daya explosive-nya juga rendah. Terlebih, gas alam yang disalurkan melalui pipa-pipa ke rumah tangga itu, sudah terjamin keamanannya. “Kami terus melakukan sosialisasi terkait dengan kemudahan dan keamanan,” sebutnya.
Baca Juga: Tekanan Udara Lebih Ringan dari Letusan Ban, Gas Alam Lebih Aman Dibanding Gas Elpiji
Selain itu, ada regulator pengaman yang dipasang mulai dari sumber gas menuju rumah tangga. Dia juga memiliki Matering and Regulating Station (MR/S) untuk pengaman sekaligus pengatur tekanan gas ke palanggan PGN. Jika terjadi kebocoran, pengguna dapat menutup keran gas.
Dia berharap, penggunaan gas alam ini mampu meningkatkan taraf hidup. Utamanya bagi warga di Desa Karangrejo. Dia juga mengimbau agar warga tidak membakar dahan atau sampah di dekat pipa gas alam. Kemudian, tidak mencangkul sesuatu di lokasi yang terdapat pipa gas. “Bila kena cangkul atau ekskavator, bisa kontak langsung di call enter kita,” sambungnya. (aya/din)