RADAR MAGELANG – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo berkesempatan mengunjungi Kebumen pada Kamis (16/11). Dalam kunjungannya itu dia mengungkapkan berbagai persoalan. Termasuk perihal minimnya dukungan terhadap sektor pertanian yang menjadi pemicu tingkat kemiskinan di Kebumen.
Bambang tak menampik, status Kebumen sebagai kabupaten termiskin se-Jawa Tengah tak terlepas kurangnya dorongan pemerintah atas eksistensi kalangan petani. Menurutnya, secara topografi Kebumen berpotensi menjadi lumbung padi.
Data statisik juga menunjukkan, bahwa sebagian besar perekonomian masyarakat Kebumen ditopang dari hasil pertanian. “Kebumen adalah mayoritas petani, maka sektor itulah yang harus diperhatikan dulu. Pengadaan pupuk, penyuluhan, kemudian bagaimana hasil taninya,” jelas politisi senior Golkar itu.
Baca Juga: Sambut Mahasiswa Polbangtan Kementan, Kadistan Purbalingga Sebut Pertanian Tidak Ada Matinya
Pemerintah, kata Bamsoet, sapaan Bambang Soesatyo, perlu menjamin keberlangsungan sektor pertanian dari hulu ke hilir. Dengan begitu, upaya tersebut diharapkan mampu mengurangi tingkat kemiskinan di Kebumen. “Kalau ada jaminan harga beli gabah dan beras tinggi, maka petani akan bersemangat,” ujarnya.
Tak hanya itu, dia juga menyoroti fenomena minimnya ketertarikan generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian. Artinya, bercocok tanam bukan lagi menjadi pilihan terbaik. Padahal, kata dia, jika sektor pertanian dikelola dengan baik akan menjadi potensi penghasilan yang cukup menjanjikan. “Begitu (panen) berhasil, harganya anjlok. Nah itu tanggung jawab pemerintah. Bagaimana pemerintah punya daya beli,” ucap Bamsoet.
Dia menyatakan, berbagai upaya telah dilakukan di Kebumen yang merupakan basis daerah pemilihannya. Termasuk membuka koordinasi lintas komisi di parlemen agar program pembangunan masuk ke Kebumen. “Upaya bersama anggota legislatif lain dari dapil sini ya. Seperti peningkatan dana desa hingga alokasi anggaran infrastruktur,” terangnya.
Bupati Kebumen Arif Sugiyanto sebelumnya menyampaikan, dia optimis wilayah Kebumen dapat menjadi lumbung pangan di Jawa Tengah. Terbukti, pada panen raya musim tanam (MT) 2 lalu mengalami surplus beras mencapai 170 ribu ton. Kondisi ini menunjukan hasil pertanian di Kebumen cukup optimal.
Menurutnya, surplus beras di Kebumen tidak terlepas dari beberapa faktor. Antara lain, dukungan pemerintah daerah melalui bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan). Kemudian, adanya pendampingan intensif dari penyuluh pertanian yang tersebar di setiap kecamatan. “Petani di Kebumen seiring berjalannya waktu bisa semakin maju, dan bertambah sejahtera,” bebernya.
Arif menyebut, stabilitas harga gabah maupun beras juga cukup berpengaruh terhadap sektor pertanian. Dia bersyukur, di Kebumen kini telah memiliki sentra pengolahan padi modern. Artinya, keberadaan perangkat pertanian ini diharapkan mampu menekan ongkos para petani. (fid/pra)