RADAR MAGELANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen meminta agar masyarakat tetap waspada terhadap ancaman bencana hiderometeorologi. Di awal musim penghujan ini Kebumen sudah mengalami beberapa bencana angin kencang hingga tanah longsor.
Kepala Pelaksana BPBD Kebumen Haryono Wahyudi menyebut, berdasar prediksi BMKG pada November ini wilayah Kebumen sudah memasuki musim penghujan. Atas kondisi ini wilayah Kebumen memiliki ancaman nyata berupa bencana banjir dan tanah longsor. “Perkiraan hujan 10 hari ke depan. Dimulai wilayah utara, kemudian merambah ke timur wilayah Mirit dan Bonorowo,” ungkapnya, Jumat (17/11).
BPBD, kata Haryono, telah menyiapkan langkah strategis penanganan bencana. Antara lain memastikan kesiapan bantuan logistik hingga mitigasi bencana. Kendati begitu, dia menyebut sampai saat ini Kebumen masih menerapkan status siaga darurat kekeringan. “Sekarang hampir setiap hari ada surat permohonan droping air bersih. Di satu sisi hujan sudah turun,” ungkapnya.
Baca Juga: Ketua MPR Sebut Hasil Pertanian Kurang Optimal Pemicu Tingkat Kemiskinan Kebumen
Haryono menerangkan, wilayah Kebumen merupakan laboratorium bencana. Artinya, berbagai macam potensi bencana ada di Kebumen, mulai dari banjir, tanah longsor, angin kencang hingga gempa megatrust. “Kalau bicara bencana itu siklus. Dan, itu akan berulang. Cuma intensitas berubah,” ujarnya.
Berdasar rekap BPBD Kebumen, pascahujan disertai angin kencang pada Rabu (15/11) terjadi bencana di 30 titik. Bencana tersebut melanda di 18 kecamatan. Tercatat, kejadian bencana tanah longsor melanda 12 desa yang tersebar di lima kecamatan. Kemudian, angin kencang terjadi di 15 desa di 10 kecamatan. Selain itu, banjir luapan menerjang tiga desa di tiga kecamatan. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, kerugian materil atas bencana tersebut ditaksir mencapai ratusan juta.
Sementara itu, anggota DPRD Kebumen Basir meminta agar BPBD mengoptimalkan peran relawan di tingkat desa. Menurutnya, relawan desa memiliki peran strategis untuk deteksi maupun penanganan dini terkait bencana. “Warga harus terlibat aktif. Fungsi relawan Destana jangan cuma label administratif,” tandasnya. (fid/pra)