RADAR JOGJA – Candi Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia pada 13 Desember 1991. Sebab, keberadaannya memiliki nilai penting luar biasa atau outstanding universal value (OUV) dan telah memenuhi tiga kriteria. Yaitu kriteria I, II, dan VI.
Koordinator Museum dan Cagar Budaya (MCB) Warisan Budaya Borobudur Wiwit Kasiyati menyebut, pada kriteria I, Candi Borobudur merupakan pyramid berundak tanpa atap. Yang terdiri dari 10 teras berurutan ke atas. “Bermahkotakan oleh sebuah kubah berbentuk genta besar serta merupakan sebuah mahakarya arsitektur dan seni monumental Buddhisme,” ujarnya saat ditemui di Tuksongo, Minggu sore (3/12).
Kriteria II disebutkan Candi Borobudur merupakan sebuah contoh luar biasa dari seni dan arsitektur Indonesia. Dari masa antara awal abad ke-8 dan akhir abad ke-9. Juga memberikan pengaruh yang besar bagi kebangkitan arsitektural pada masa antara pertengahan abad ke-13 dan awal abad ke-16.
Sementara kriteria VI, ditetapkan bahwa Candi Borobudur mempunyai bentuk sebuah teratai dan bunga suci agama Buddha. Kompleks Candi Borobudur merupakan sebuah refleksi eksepsional dari perpaduan antara ide asli paling utama tentang pemujaan nenek moyang dan konsep Buddhisme dalam mencapai Nirwana.”Sepuluh teras berundak dari keseluruhan struktur selaras dengan tahapan yang harus dicapai oleh Bodhisatwa sebelum mencapai Ke-Buddha-an,” jelas Wiwit.
Dia mengutarakan, selaras dengan kriteria dan OUV Kompleks Candi Borobudur sebagai warisan dunia, maka atribut yang harus dilestarikan pada Kawasan Borobudur tidak hanya berupa candi. Tapi juga berupa bentang lahan.
Wiwit merinci, atribut pertama dalam pelestarian warisan dunia Borobudur adalah tiga bangunan candi Borobudur, Mendut, dan Pawon. Beserta semua elemennya. Baik dari segi bentuk, material, susunan teras, relief, maupun stupa. “Lalu, atribut kedua adalah koridor imajiner yang menghubungkan ketiga candi sebagai simbol pencapaian nirwana,” bebernya.
Kemudian, atribut ketiga adalah lanskap budaya Borobudur. Yang terdiri dari unsur-unsur lingkungan alam dan budaya masyarakat. Termasuk pedesaan, kehidupan tradisional, dan pertanian. Selain itu, candi terdekat yang telah ditemukan atau belum dan pemandangan indah dari Borobudur ke pegunungan dan perbukitan di sekitarnya. “Semua komponen pada atribut yang ketiga ini merupakan latar belakang sejarah kompleks Candi Borobudur,” jelas dia.
Atribut keempat, kata dia, adalah jejak danau purba sebagai bukti bahwa kompleks Candi Borobudur berada di lingkungan air (danau/rawa). Seperti teratai yang mekar di atas air sebagai bunga simbol kebesaran Buddha. Selanjutnya, atribut kelima adalah unsur arsitektural dan artistik di Kompleks Candi Borobudur. Yang meliputi tata ruang, susunan batu, teknologi konstruksi candi, kesenian, susunan teras yang khas, dan pemilihan material.
Lalu, susunan posisi arca, sistem saluran drainase (Jaladwara), seni patung, seni ragam hias, seni pahat, dan seni yang bersifat simbolis. “Terakhir, atribut keenam adalah kemampuan memadukan unsur budaya lama dan baru yang bersifat multikultural/ inklusif,” tututnya. (pra)