RADAR MAGELANG – Sistem pembayaran non-tunai melalui Quick Response Code Indonesian Standar atau QRIS kini mulai merambah pedagang Pasar Tumenggungan. Transaksi berbasis digital tersebut dinilai cukup membawa kemudahan bagi kalangan pedagang.
Salah satu pedagang sembako Ali Mastur mengatakan, penggunaan QRIS merupakan bentuk adaptasi pedagang di era teknologi. Pemberlakuan alat transaksi digital ini menurutnya memiliki banyak manfaat. Salah satunya pedagang tak lagi repot mencari uang receh karena nominal pembayaran pasti. “Biasanya kalau beli grosir harga beda. Ada selisih 300 perak. Kadang kita susah cari kembalian. Pakai ini QRIS nominal sudah otomatis sesuai jumlah,” ungkapnya kemarin (12/12).
Ali menyebut, meski butuh waktu lama beradaptasi ia berkomitmen untuk tetap menggunakan metode pembayaran non tunai. Sebab dinilai lebih aman dan efisien dalam bertransaksi. Lebih dari itu penggunaan QRIS juga sebagai wujud pedagang pasar tradisional berani bersaing dengan pasar modern. “Masyarakat sekarang tidak asing pakai QRIS. Kita mengikuti aja. Swalayan juga sudah pakai lama,” ujarnya.
Kendati begitu, kata Ali, pembayaran tunai kini tetap masih berlaku. Mengingat tidak semua pembeli faham dengan sistem pembayaran non tunai. “Kalau yang beli embah-embah ya cash. Atau mungkin masih ada yang gaptek. Kita bertahan bayar sistem tunai,” lanjutnya.
Pedagang lain Uswatun Khasanah mengungkapkan, penerapan sistem pembayaran non tunai penting dilakukan dalam rangka pencegahan peredaran uang palsu. Menurutnya transaksi berbasis digital dapat menunjang aktivitas jual beli bagi pedagang pasar tradisional. “Di sini bukan sekali dua kali dapat uang palsu. Pedagang jelas khawatir. Kalau pakai QRIS aman,” katanya.
Uswatun mengatakan, pedagang Pasar Tumenggungan kini selangkah lebih maju dengan kehadiran fasilitas transaksi digital. Selama penggunaan QRIS, ia mengaku belum menemui kesulitan atau kendala. “Awalnya memang sulit. Tapi sebelumnya sudah ada pendampingan dari bank pemerintah,” tandasnya. (fid/eno)