Neutron Yogyakarta

DLHKP Tutup Kontainer Tempat Sampah, Kurangi Kekumuhan, Digantikan dengan Program Desa Mandiri

DLHKP Tutup Kontainer Tempat Sampah, Kurangi Kekumuhan, Digantikan dengan Program Desa Mandiri
MENUJU KOTA BERSIH : Dinas Lingkungan Hidup, Kelautan dan Perikanan (DLHKP) Kebumen menutup kontainer sampah di Jalan HM Sarbini Kebumen.M Hafied/Radar Jogja

KORAN MAGELANG DIGITAL – Dinas Lingkungan Hidup, Kelautan, dan Perikanan (DLHKP) Kebumen menutup tiga tempat kontainer sampah yang selama ini ditempatkan di jalan protokol mulai Maret ini.

Tempat pembuangan sampah (TPS) di Jalan HM Sarbini itu terpaksa ditutup agar kawasan perkotaan terlihat lebih bersih dan tertata rapi.

Sub Koordinator Pengelolaan Persampahan DLHKP Kebumen Sri Hermanu Sasongko menyampaikan, penutupan kontainer sampah guna mengurangi tingkat kekumuhan.

Terlebih Kabupaten Kebumen baru saja menerima penghargaan Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). “Kami sedang berusaha menghilangkan kesan kumuh. Penilaian Adipura juga mencakup hal tersebut,” bebernya, kemarin (6/3).

Sebagai gantinya, akan dilakukan program desa mandiri sampah. DLHK secara bertahap akan membangun sistem pengelolaam sampah di tingkat hulu atau sumber sampah.

Sejalan dengan itu, pihaknya juga menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penyadartahuan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

“Kontainer di Bumirejo hilang, tapi kami ganti kesiapan infrastruktur dan sistem pengelolaan sampah di desa pakai anggaran DAK,” ungkapnya.

Meski tumpukan sampah di Kebumen masih di bawah ambang batas, upaya komperehensif perlu dilakukan. Salah satunnya melalui pencanangan tempat pengolahan sampah reduce reuse recycle atau TPS3R di sejumlah desa. Sampah di Kebumen saat ini mencapai 80 ton per hari.

Sudah ada TP3SR 20 lebih. Kami juga menyambut peta jalan zero waste, zero emmision.”Diharapkan tidak ada lagi sampah keluar dari desa,” sambungnya.

Direktur Bank Sampah Samiun Kelurahan Kebumen Suwito mengatakan, penanganan sampah di kawasan perkotaan sulit terwujud, jika tidak ada langkah kolaboratif antara pemerintah daerah dengan elemen masyarakat.

Dia melihat, sejauh ini pengelolaan sampah terkendala menejemen serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. “Ya, pelan-pelan masyarakat akan sadar. Tinggal butuh intervensi dan kebijakan konkret dari pemerintah,” ucapnya.

Suwito menyatakan, sampah selalu menjadi momok menakutkan dalam setiap aspek kehidupan. Keberadaan sampah jika tidak dikelola dengan baik akan membawa dampak negatif bagi lingkungan. Beruntung kehadiran bank sampah kini sedikit mengurai persolaan sampah.

“Kalau masyarakat telaten sampah itu berbuah rezeki. Kami bisa buat bayar pajak atau kebutuhan lain,” terangnya. (fid/din)

Lainnya

Exit mobile version