KORAN MAGELANG – Para nelayan di Kecamatan Ayah memutuskan libur melaut akibat cuaca ekstrem. Kondisi ini sudah terjadi sejak sepekan terakhir. Nelayan memilih absen mencari ikan selama cuaca belum stabil.
Seperti terpantau di Pantai Pedalen, Kecamatan Ayah. Tak ada aktivitas satu pun nelayan melaut. Perahu nelayan tampak berjejer di muara dermaga. Sebagian nelayan justru terlihat hanya membetulkan perahu maupun jaring ikan.
Seorang nelayan Samirin, 46, mengungkapkan, faktor keselamatan menjadi pertimbangan para nelayan enggan melaut. Mereka tak ingin ambil resiko bekerja di tengah cuaca ekstrem, yaitu gelombang tinggi disertai angin kencang. “Lagi tidak karuan. Hampir setiap hari hujan-angin. Di darat juga ngeri, apalagi di laut,” ungkapnya, Selasa (12/3).
Samirin bersama nelayan lain tak ingin memaksakan diri melaut. Sebab, saat ini masih cukup rawan terjadi kecelakaan laut. Dia rencananya akan kembali mencari ikan sampai kondisi cuaca berangsur membaik. “Kalau di pantai, air kelihatan tidak begitu. Tapi sudah ke tengah, berbahaya sekali. Tinggi gelombang bisa sampai dua meter lebih,” ucapnya.
Nelayan lain, Lasikun, 48, mengaku sudah 10 hari terakhir tak melaut karena cuaca tidak begitu ramah untuk nelayan. Dia berharap fenomena cuaca ekstrem dapat segera reda, sehingga tidak memberikan dampak ekonomi bagi para nelayan. “Belum tahu mau libur sampai kapan. Kalau bisa ya jangan terlalu lama. Kasihan anak istri,” ujarnya.
Dia menyebut, ketika libur otomatis tak memiliki penghasilan. Atas kondisi itu sebagian nelayan terpaksa beralih profesi dengan bertani dan berternak, sembari menunggu kondisi cuaca pulih. “Yang penting dapur tetap ngebul. Apa aja dilakukan,” katanya. (fid/pra)