Neutron Yogyakarta

Bentuk Paguyuban Komite Sekolah Cegah Kenakalan Pelajar 

Bentuk Paguyuban Komite Sekolah Cegah Kenakalan Pelajar 
Kepala Disdikbud Kabupaten Magelang Slamet Achmad Husein.NAILA NIHAYAH/RADAR JOGJA

KORAN MAGELANG – Memasuki Ramadan ini, banyak kegiatan di luar rumah yang dilaksanakan hingga malam hari. Untuk itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Magelang telah membentuk paguyuban komite sekolah guna mencegah kenakalan pelajar.

Sebab momentum tersebut berpotensi dimanfaatkan oleh para pelajar untuk keluar rumah dengan dalih mengikuti suatu kegiatan. Apalagi kenakalan remaja seperti tawuran antarpelajar, perang sarung, dan lainnya masih kerap terjadi di Kabupaten Magelang.

Kepala Disdikbud Kabupaten Magelang Slamet Achmad Husein menuturkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan sekolah maupun orang tua/wali siswa. Khususnya terkait beberapa program yang sudah dilaksanakan.

Termasuk mulai mengefektifkan tim pencegahan dan penanggulangan kekerasan (TPPK) di masing-masing satuan pendidikan, terutama jenjang SMP. Selain itu, disdikbud telah membentuk paguyuban komite di satuan pendidikan agar bisa berkoordinasi dalam penanganan anak secara bersama-sama.

Menurut Husein, tri pusat pendidikan harus lebih diefektifkan, yakni sekolah, orang tua, dan masyarakat. “Kami sudah memanggil seluruh komite sekolah di SMP negeri/swasta agar saling menjaga siswanya,” terangnya, kemarin (13/3).

Selain itu, disdikbud meminta sekolah untuk melaksanakan presensi siswa tiga kali sehari. Pagi, sore, dan malam hari. Maksimal pukul 21.00 melalui orang tua/wali siswa kepada wali kelas. Lantaran pada pukul tersebut, siswa sudah harus berada di rumah.

Ketika ada pelajar yang diketahui terlibat tindak kejahatan, Husein meminta agar sekolah turut melakukan pembinaan. Kalau nanti sudah di ranah hukum, menjadi kewenangan polisi. “Kalau di satuan pendidikan, sifatnya pembinaan agar tidak berkembang menjadi kriminal,” bebernya.

Lebih-lebih, tawuran dengan membawa senjata tajam (sajam) nampaknya sudah menjadi rutinitas para pelajar Kabupaten Magelang. Bahkan, tawuran itu beberapa kali sudah memakan korban.

Kebanyakan tawuran antarpelajar itu dipicu adanya saling tantang di media sosial (medsos), utamanya Instagram. Itu berarti orang tua perlu mengawasi penggunaan medsos anaknya. “Medsos kan sangat sulit untuk dihindari. Tapi, upaya preventif (pencegahan) harus tetap dilakukan,” terangnya.

Dia berharap, Ramadan ini, masyarakat bisa melaksanakan ibadah dengan tenang. Anak-anak juga terlindungi dan tidak melakukan aksi kejahatan jalanan. “Sehingga mereka tidak sampai bermasalah dengan hukum,” sambungnya. (aya/din)

Lainnya

Exit mobile version