RADAR MAGELANG – Warga diminta agar tidak menggunakan plastik untuk membungkus daging kurban. Penggunaan kantong plastik selain menambah jumlah sampah juga dinilai tidak sehat. Disarankan untuk menggunakan baha-bahan yang mudah di-recycle.
Pj Wali Kota Jogja Singgih Raharjo mengatakan, banyak alternatif lain untuk membungkus daging kurban. Salah satunya dengan menggunakan besek bambu.
“Sebisa mungkin menggunakan bahan ramah lingkungan, sehingga bisa didaur ulang dengan baik,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Jogja Suyana menegaskan agar warga tidak mencuci isi perut atau jeroan binatang di sungai. Menurutnya, mencuci jeroan di sungai akan mencemari. Selain itu, sungai-sungai kita ini sudah tercemar.”Takutnya justru bakteri coli-nya masuk ke jeroan,” lanjutnya. (lan).
Sekretaris Jurusan Teknik Lingkungan (TL) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (UII) yang juga Ketua Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) Sehati Kabupaten Sleman Hijrah Purnama Putra menyebut, penggunaan kresek tidak efisien dan perlu dicarikan opsi lain yang lebih relevan.”Bisa pakai besek bambu, daun atau eco-friendly bag yang mulai banyak, meskipun harganya lebih mahal,” terangnya.
Kresek secara umum masih dipilih sebagai wadah hanya karena faktor kepraktisan. Namun banyak tidak dipikirkan mengenai dampaknya pada ekosistem dan lingkungan.
“Besek pun perlu diperhatikan pengelolaan setelahnya agar tidak jadi sampah baru yang juga menumpuk,” pesannya.
Baca Juga: Sediakan Pisau Daging hingga Cacah Balung, Perajin Pisau di Magelang Banjir Pesanan
Keresahan senada datang dari Muh Habib Syaifullah, selaku Leader Trash Hero Jogjakarta sebuah komunitas yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Pria yang akrab disapa Ipunk ini mengungkapkan, saat ini sudah ada eco-friendly bag yang mulai diproduksi secara masif dengan bahan baku yang ramah lingkungan dan bisa terurai.
“Produksinya kini makin banyak, dari Bali hingga Tangerang juga ada dengan bahan baku ada yang dari singkong dan jagung,” tandasnya.
Namun eco-friendly bag ini diakuinya masih cukup mahal secara harga, yakni berkisar antara Rp 1.000 hingga mencapai Rp 2.500 per item. Baik Hijrah maupun Ipunk pun berharap pemanfaatan daun turut bisa dimaksimalkan kembali untuk pendistribusian daging tersebut.”Daun banyak yang bisa dipakai mulai dari daun pisang hingga daun jati. Nenek moyang kita dulu sudah terbiasa dengan itu,” ungkap Ipunk.
Kalau mau tahap yang lebih jauh, masyarakat dianjurkan saja membawa wadah untuk daging sendiri-sendiri, asal sosialisasi dan urgensinya juga dijelaskan. (lan/cr1/din)