RADAR PURWOREJO – Libur panjang Idul Adha sudah terasa dampaknya bagi pelaku industri parwisata, utamanya sektor perhotelan di DIJ. Okupansi hotel merangkak naik, mencapai 70 persen per Jumat (30/6/23). Bahkan di wilayah tengah Malioboro sudah melebihi target.
Ketua BPD Perhimpunan dan Restoran (PHRI) DIJ Deddy Pranowo Eryono mengatakan, okupansi hotel mulai meningkat sejak Jumat sore (30/6/23), rata-rata mencapai 70 persen hingga pukul 14.00. “Untuk wilayah tengah Malioboro sudah 90 persen,” katanya Jumat (30/6/23).
Deddy menjelaskan, sementara untuk rata-rata se-DIJ hampir mencapai target. Pada libur Rabu (28/6/23) dan Kamis (29/6/23), okupansi baru sekitar 50 persen. “Mungkin kemarin baru mengadakan kegiatan di rumah masing-masing, berangkat 29 malam atau 30 hari ini,” ujarnya.
Baca Juga: Muhammadiyah Punya Hotel Pertama
Reservasi hotel disebut mulai ada pergerakan mendekati weekend tanggal 30 Juni hingga 1 Juli. “Kami berharap paling tidak Sabtu bisa 80 persen rata-rata se-DIJ,” jelasnya.
Menurutnya, kehadiran Presiden Joko Widodo di Jogjakarta turut mendongkrak okupansi hotel. Terlebih, bisa mengangkat branding Jogja dalam hal keamanan dan kenyamanan. Sehingga ini bisa menjadi faktor orang tertarik untuk datang ke Jogja.
“Tapi kita jangan lengah, tetap menjaga kualitas pelayanan. Kehadiran Pak Jokowi ini kami harap menjadi tonggak kita untuk segera bangkit dan memulihkan branding kita,” jelasnya.
Momentum RI 1 berada di Jogjakarta, masyarakat maupun anggota PHRI dihimbau tidak memanfaatkan keuntungan tertentu alias aji mumpung. Yakni nuthuk atau menaikkan tarif di atas batas wajar. “Jangan malah justru kita memanfaatkan ini untuk hal-hal yang bersifat nuthuk. Betul-betul kita harus menjaga bahwasa DIJ betul-betul istimewa untuk para wisatawan yang hadir ke sini,” tambahnya.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIJ Bobby Ardiyanto mengakui pergerakan wisatawan mulai terjadi Jumat (30/6/23). Di mana pada Idul Adha pertama dan kedua wisatawan masih sibuk melakukan aktivitas di rumah masing-masing.
“Dimulai hari ketiga sudah mulai terlihat, artinya pergerakannya (wisatasan) cukup positif. Mungkin di lebaran hari pertama kedua masih melakukan aktivitas di daerahnya,” katanya.
Hanya, yang menjadi tantangan GIPI saat ini adalah pergerakan wisatawan tidak banyak melibatkan biro perjalanan wisata. Mereka banyak dilakukan secara mandiri. Di jalan pun banyak terlihat mobil dengan pelat nomor dari luar DIJ. Kemudahan akses dan infrastruktur menjadi pemicu perjalanan secara mandiri.
Baca Juga: Haedar Nashir Haru dan Bangga, Akhirnya Muhammadiyah Punya Hotel Pertama di Jogja
“Ini tantangan bagi kami di industri untuk membuat paket yang menarik bagi wisatawan dan tentu membuat ketergantungan wisatawan dengan travel agent ini,” terangnya.
Terpisah, Pj Wali Kota Jogja Singgih Raharjo mengatakan pentingnya meningkatkan kualitas kunjungan wisatawan. Dari sisi lenght of stay atau lama tinggal dan perputaran uang dari belanja wisatawan. “Selain dari angka kunjungan, harus dilihat dari sisi kualitasnya juga. Spending wisatawan itu harus digenjot terus,” ujarnya.
Singgih menyakini tingkat kunjungan wisatawan akan terus meningkat. Terutama wisatawan asing, khususnya dari Eropa yang sudah masuk musim panas.
“Karena di Eropa masuk (liburan) musim panas, sehingga kunjungan berpotensi meningkat. Maka yang harus dijaga sekarang adalah kenyamanan dan keamanan wisatawan,” jelasnya. (wia/lan/laz)