Neutron Yogyakarta

Kerusakan Terbanyak Justru di Gunungkidul, Gubernur: Tak Perlu Status Tanggap Darurat Bencana

Kerusakan Terbanyak Justru di Gunungkidul, Gubernur: Tak Perlu Status Tanggap Darurat Bencana
RUSAK PARAH: Warga lain berada di dalam rumahnya yang rusak di Pacarejo, Semanu.GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA

RADAR MAGELANG – Dampak gempa bumi bermagnitudo 6,4 di kedalaman 25 km dan berada 86 km sebelah barat daya Bantul Jumat malam (30/6/23) pukul 19.57 lalu, ternyata cukup luas. Selain jatuh satu korban jiwa dan puluhan orang mengalami luka, rumah dan bangunan yang dilaporkan rusak juga banyak.

Rumah dan bangunan rusak yang terdampak gempa, dilaporkan merata di beberapa wilayah di DIJ dan kabupaten di Jawa Tengah seperti Klaten dan Purworejo. Untuk DIJ, kerusakan cukup banyak justru terjadi di Kabupaten Gunungkidul, disusul Bantul, Kulonprogo, dan Sleman.

Di Gunungkidul, sedikitnya 136 bangunan, 111 di antaranya merupakan rumah warga, rusak terdampak gempa. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul Purwono merinci 106 rumah rusak ringan, lima lainnya rusak sedang karena bagian tembok runtuh, retak, hingga bagian atap ambrol.

Baca Juga: Pasca Gempa Jumat Malam, Terjadi 45 Kali Gempa Susulan

Selain rumah warga, gempa juga merusak fasilitas publik seperti gedung perkantoran, pasar, rumah ibadah, sekolah, kandang ternak, hingga jaringan listrik. Lokasinya menyebar di 14 kapanewon. “Terbanyak di Kapanewon Semanu dengan 37 bangunan mengalami kerusakan,” ungkapnya.
Di Kabupaten Bantul, BPBD mencatat total dampak kerusakan akibat gempa mencapai 76 titik. Selain itu juga ada delapan orang mengalami luka-luka dan satu orang meninggal dunia.

Kabid Kedaruratan, Logistik dan Kedaruratan BPBD Bantul Antoni Hutagaol mengatakan, 76 titik dampak kerusakan itu tersebar di 20 kalurahan dari 13 kapanewon di Bantul. Dampak terbanyak ada di Kapanewon Sanden dengan 37 titik lokasi, Imogiri 10 titik, Kretek 7 titik, Pundong 5 titik.
Untuk Kapanewon Bambanglipuro ada empat titik lokasi pada tiap wilayah, Dlingo dua titik, Pleret, Piyungan, Jetis, Sewon, Pandak, dan Pajangan dengan satu titik lokasi kerusakan pada tiap wilayah.

Untuk korban ada sembilan orang, delapan luka ringan dan satu meninggal dunia. Antoni merinci, untuk bangunan rumah yang rusak mencapai 52 titik, lalu jaringan listrik satu titik, fasilitas umum satu titik, fasilitas pendidikan satu titik, serta warung satu titik.

Baca Juga: Tangani Gempa Bantul, Sultan: Sterilkan Gedung TBG dari Semua Aktivitas

Kepada wartawan, staf Bagian Observasi BMKG Stasiun Geofisika Sleman Zamroni menyampaikan, pasca gempa itu pihaknya mencatat sampai 45 gempa susulan. Namun gempa susulan yang terjadi cenderung tidak terasa karena rata-rata kekuatannya hanya mencapai 2,5 sampai 4,5 skala Richter.
Ia pun menyampaikan, gempa bumi Jumat malam (30/6/23) itu merupakan gempa bumi jenis menengah. Penyebabnya karena adanya dampak aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia.

“Sejauh ini dampaknya di Bantul relatif lebih ringan. Hanya ada retak-retak saja, yang paling parah di daerah Kretek,” ungkap Zamroni.
Sementara itu, jajaran Pemprov DIJ langsung menggelar rapat bersama OPD teknis di Kompleks Kepatihan Sabtu (1/7/23). Usai rapat, Gubernur Hamengku Buwono (HB) X beserta jajaran langsung peninjauan ke wilayah terdampak seperti Gunungkidul dan Bantul.

“Kalau laporan sudah, tapi relatif rusak ringan semua kok. Hanya jumlahnya paling banyak di Gunungkidul,” kata HB X usai rapat. Ia menjelaskan untuk penanganan akibat gempa masih dilakukan inventarisasi.
Menurutnya, tidak ada dampak gempa yang serius di seluruh wilayah Jogjakarta. Rata-rata setiap wilayah hanya rusak ringan dan sudah tertangani BPBD dan masyarakat di masing-masing wilayah.

Baca Juga: Usai Rapat Teknis, Jajaran Pemprov Tinjauan ke Lokasi Terdampak Gempa Bantul

“Sehingga tidak perlu ada tanggap darurat bencana. Jika kabupaten membutuhkan anggaran atau bantuan, silakan berkoordiansi,” tandas HB X.
Dikatakan, jajaran Dinas Sosial DIJ sudah terjun ke lapangan secara langsung untuk mendata. “Dari Dinsos kan sudah terjun ke sana, ya nanti kita dengar. Kami rapat dulu dengan Pak Bupati, baru ke lapangan,” ujarnya.

Disinggung adanya bantuan rehabilitasi rumah akibat gempa, ia mengatakan pada prinsipanya menyebut setiap daerah memiliki anggaran atau biaya darurat tersendiri. Jika masih dirasa kurang, pemprov akan membantu menambah biaya dengan melakukan pengajuan.

Namun demikian, bukan persoalan fisik bangunan semata yang perlu dibantu. Tetapi masyarakatnya masih ada tempat tinggal memadai tidak untuk saat-saat ini. Sebab sejauh ini laporan baru sebatas kerusakan ringan hingga sedang.

“Sebetulnya tidak hanya seperti itu. Saya butuhnya mereka ini yang masih bisa tinggal di rumahnya nggak. Atau mampu nggak, dalam arti kan butuh disuplai konsumsi untuk makan dan sebagainya,” tambahnya.
Adapun laporan korban jiwa satu meninggal dunia, ini karena sakit serangan jantung. Skema relokasi pun belum menjadi opsi pemprov karena penanganan kerusakan bisa langsung dilakukan. “Biasanya genting rontok, ya diganti gentinge,” tambahnya. (wia/gun/inu/laz)

Lainnya