RADAR MAGELANG – Tercatat sebanyak 12.338 warga Magelang dan sekitarnya berbondong-bondong ke Alun-alun Kota Magelang, Minggu (2/7/23). Mereka mengikuti pencatatan rekor MURI untuk menari Sluku-sluku Bathok yang diinisiasi oleh Polres Magelang Kota. Anak-anak hingga dewasa tampak mengenakan kostum dengan berbagai kreasi masing-masing. Mereka juga membawa bathok atau tempurung kelapa. Barulah sekitar pukul 09.00, tarian itu dimulai.
Kegiatan ini dihadiri oleh Polri, TNI, Forkompimda Kota Magelang, tokoh agama, serta tokoh masyarakat. Selain itu, ada seniman dan budawayan Butet Kartaredjasa, Sujiwo Tedjo, KH Ahmad Mustofa Bisri , KH Muhammad Yusuf Chudlori, dan lainnya. Bahkan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ikut memberikan apresiasi melalui zoom meeting.
Kapolres Magelang Kota AKBP Yolanda Evalyn Sebayang menyebut, ada sebanyak 12.338 peserta yang mengikuti kegiatan ini. Baik secara langsung maupun zoom meeting. “Di hari ini, Polri Presisi. Yang mana kita memberikan sumbangsih kepada negeri dan melaksanakan Hari Ulang Tahun Bhayangkara ke-77 menuju Pemilu damai 2024,” ujarnya.
Baca Juga: Tarian Sluku-Sluku Bathok Bakal Dicatat Rekor Muri
Dia mengatakan, tarian ini murni diciptakan dengan mengadopsi nyanyian sluku-sluku bathok. Maknanya, manusia tidak hanya hidup untuk bekerja, tapi juga membutuhkan istirahat. Terlebih, menurutnya, aktivitas manusia itu sebetulnya dibatasi. Apalagi nyanyian tersebut diciptakan Wali Songo untuk menyebarkan agama Islam.
Tarian sluku-sluku bathok ini dilaksanakan dengan hening. Untuk merenungkan soal perlu atau tidaknya beristirahat setelah melakukan aktivitas. “Setelah keheningan itu berjalan, bagaimana caranya kita mengisi hidup sewaktu beristirahat,” jelas Yolanda.
Di samping itu, tarian ini sebagai wujud nguri-uri budaya. Rekor MURI tersebut, kata dia, hanyalah sebagai legitimasi saja. Justru tujuan utamanya bisa menggerakkan banyak orang demi terciptanya kesatuan bangsa. Khususnya dalam menghadapi Pemilu 2024. Dia berharap, kehadiran Polri juga diharap dapat diterima oleh masyarakat.
Baca Juga: Pabbajja Samanera Sementara Pecahkan Rekor MURI
Sementara itu, koreografer Eko Sunyoto menyebut, sluku-sluku bathok ini sarat akan makna dan nilai. Di dalamnya juga mengisyaratkan makna bahwa masyarakat Indonesia harus bersatu dan tidak terpecah belah. “Kalau bathoknya dipukulkan satu sama lain, kita jangan pecah, kita tetap NKRI,” sebutnya.
Dia mengatakan, irama itu diciptakan sendiri olehnya dengan pola yang ada di lagu sluku-sluku bathok. Adapun tarian ini berdurasi delapan menit 25 detik. Tarian ini, lanjut dia, dilakukan dengan gerakan yoga. Antara pikiran, hati, dan keluarannya sebagai frekuensi bunyi memang harus menunggal. Hal itu diwujudkan dalam teknik pemukulan bathok.
Selain itu, kata Eko, kegiatan ini sebagai bentuk mengingatkan kembali tembang-tembang dolanan kepada masyarakat. “Sluku-sluku bathok ini bermakna bahwa kehidupan ketika kita dilahirkan harus tau penciptanya dan manembah. Harus bisa saling asah, asih, dan asuh,” paparnya.
Baca Juga: Polbangtan Kementan Raih Penghargaan Rekor MURI dan Abdi Bakti Tani
Tarian ini dilakukan sebanyak dua kali. Bahkan, ditambah dengan tarian Gugur Gunung yang sukses tercatat sebagai rekor MURI pada 2022 lalu. Semula, tarian ini disampaikan ke MURI bakal diikuti 3.000 penari. Tapi, berdasarkan hasil dari verifikasi terakhir, ada 12.338 penari yang mengikuti tarian tersebut.
Tidak hanya dilakukan di alun-alun secara langsung, namun sejumlah masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia juga mengikuti kegiatan tersebut secara daring. Baik Youtube maupun Zoom Meeting. “Dengan rincian, 11.494 peserta hadir di alun-alun dan 844 peserta hadir melalui daring,” ujar Senior Manager MURI Sri Widayati.
MURI juga memberikan apresiasi tinggi kepada jajaran Polres Magelang Kota atas upaya melestarikan budaya. Juga menggali kearifan lokal yang diangkat melalui tarian sluku-sluku bathok. “Hari ini (kemarin, Red) kami mengumumkan dan mengesahkan bahwa pagelaran tari sluku-sluku bathok oleh penari terbanyak resmi rercatat di MURI sebagai rekor ke-11.037,” imbuhnya.
Baca Juga: Waroeng Steak & Shake Raih Rekor MURI
Seniman Sudjiwo Tedjo mengatakan, sluku-sluku bathok memiliki makna bahwa hidup harus bergerak. Jika tidak, maka diibaratkan seperti orang meninggal. “Selama 61 tahun saya hidup, ternyata sluku-sluku bathok bisa dibuat tarian. Ini kreatif,” tandasnya.
Para seniman dan budayawan juga berkesempatan untuk melukis secara on the spot. Selain itu, ada jamu dan berbagai permainan tradisional yang dihadirkan dalam kegiatan tersebut. (aya/pra)