Neutron Yogyakarta

Mengunjungi Dusun Wisata Kerajinan Bambu Brajan di Minggir Sleman

Mengunjungi Dusun Wisata Kerajinan Bambu Brajan di Minggir Sleman
Pengrajin melakukan finishing anyaman tudung saji dari bambu di Desa wisata Brajan, Minggir, Sleman, Jumat (7/7).(Elang kharisma dewangga/radar jogja)

RADAR MAGELANG – Lokasi Dusun Brajan, Kalurahan Sendangagung, Kapanewon Minggir, Sleman sangat dari hiruk pikuk wisata terkenal di Jogja. Tetapi, bukan berarti Dusun Brajan menjadi asing atau tidak dikenal banyak orang. Daerah itu sudah sejak sekitar 2006 lalu ditetapkan menjadi Desa Wisata Kerajinan Bambu Brajan.

Penyematan itu bukan karena asal comot, tetapi memang karena kerajinan bambu Brajan sudah mendarah daging dengan warganya. Banyak warga Dusun Brajan yang menjadi perajin bambu sejak puluhan tahun silam. Dari tangan-tangan warga Brajan, bambu disulap menjadi produk bernilai ekonomi. Misalnya saja seperti dijadikan tempat tisu, kap lampu, dan wadah pakaian.

Pengelola Desa Wisata Kerajinan Brajan Triyanto mengungkapkan memang sudah sejak lama warga setempat jadi perajin bambu. Dahulu, yang dihasilkan hanya berupa ceting, tampah, dan besek. Kala itu, pemasarannya dilakukan secara manual ke pasar-pasar di sekitar Brajan.
“Lama-lama itu ada model-model produk baru dihasilkan dari proses pelatihan yang diberikan kepada warga Brajan,” katanya kepada Radar Jogja, Jumat (7/7/23). Pada periode akhir 1980-an hingga awal 1990-an mulai warga Brajan membuat kerajinan dengan berbagai macam rupa.

Baca Juga: Peminat Kerajinan Bambu Turun sebelum PPKM

Mayoritas kerajinan bambu yang dibuat dengan proses dianyam.
Sekarang, Dusun Brajan bukan lagi daerah pelosok yang tidak patut dikunjungi. Banyaknya jenis hasil kerajinan bambu yang terdapat di sana memaksa setiap wisatawan yang ke Jogja harus memiliki buah tangan dari dusun ini. Selain itu, para pengrajin bambu di Brajan juga sudah memiliki pasar pembelinya sendiri saat ini.

Tidak lagi seperti masa-masa lampau, sekarang konsumen kerajinan Dusun Brajan sudah berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan ada juga yang menjualnya sampai ke luar negeri. “Sudah ke mana saja jualnya tarafnya sudah internasional. Beberapa yang dijual ke luar melalui trading tidak kami ekspor sendiri,” ucap Triyanto.

Dia sendiri sebagai pengelola desa wisata juga memiliki usaha kerajinan bambu. Produk yang dihasilkannya sudah sampai ke Dubai, Uni Emirat Arab. Triyanto hanya mengerjakan proses kerajinan bambu dari rumahnya yang dibantu anggota keluarganya.

Baca Juga: Rajin Ikut Pelatihan, Lies Herawati Bangun Usaha Kerajinan Bosara di Makassar

Di rumahnya, setiap sudut dipenuhi hasil kerajinan bambu yang siap dijual. Selain itu, saat didatangi, teras rumahnya banyak kerajinan bambu yang berserakan sedang diselesaikannya. Triyanto mengungkapkan, setiap kerajinan bambu yang dibuat tidak ada yang memakan waktu lama. “Paling lama itu hanya dua hari untuk proses pembuatan kap lampu,” ujarnya.
Sementara itu, rentang harga kerajinan bambu di Brajan mulai Rp 5 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Setiap harga tergantung produk kerajinan apa yang dibuat. Produk tempat tisu menjadi yang paling murah sedangkan kap lampu yang paling mahal harganya bisa sampai ratusan ribu rupiah.

Ada juga pengusaha kerajinan bambu Brajan yanga bernama Sulisman. Saat didatangi, dia sedang merapikan kerajinan bambu produknya. Selama puluhan tahun menggeluti usaha kerajinan bambu selalu ada pasang surutnya. Tetapi, pasang surut yang paling terasa ialah ketika adanya pandemi Covid-19 lalu.

Kondisi itu membuatnya sangat terpukul karena menjatuhkan penjualan di pasaran. Sulisman mengaku sekarang memang sedang kembali pulih tetapi belum kembali seperti sedia kala sebelum pandemi. “Pendapatannya beda-beda kadang sebulan Rp 5 juta kotor kadang juga bisa sampai Rp 20 juta-Rp 30 juta sebulan kotor jika banyak orderan,” ungkapnya.

Baca Juga: Gulirkan Ide Usaha, Mulai Kerajinan Kayu hingga Kelola Sampah

Sulisman menceritakan sekarang dia sedang menyiapkan pesanan untuk diekspor ke Rusia. Ada sekitar 92 jenis dengan total sekitar 3.000-an unit kerajinan bambu yang akan diekspornya ke negara yang dipimpin Vladimir Putin itu. Dia menargetkan paling lambat maksimal akhir bulan Juli barang akan dikirimkan ke sana.

Pembeli Rusia ini mengetahui kerajinan Brajan karena pernah datang langsung ke sana. Kala itu, belum pandemi Covid-19 datang untuk melihat-lihat dan memfoto produk kerajinan di rumahnya. “Saya kira sudah tidak ada kabarnya, setelah pandemi ke sini lagi langsung ngasih PO,” tuturnya.
Selain menjadi tempat buah tangan, Desa Wisata Kerajinan Bambu Brajan juga bisa sebagai destinasi pelatihan. Sulisman menyampaikan, baik siswa ataupun mahasiswa serta umum melakukan pelatihan langsung di Brajan. (cr3/pra)

Lainnya