Neutron Yogyakarta

Melihat Upaya Masyarakat Singosaren Kembangkan Objek Wisata Watu Gagak

Melihat Upaya Masyarakat Singosaren Kembangkan Objek Wisata Watu Gagak
CAPTION: Suasana pemandangan di destinasi wisata Watu Gagak yang beralamat di Paudukuhan Singosaren, Wukirsari, Imogiri, Bantul pada Selasa (11/7/23).IWAN NURWANTO/RADAR JOGJA

RADAR MAGELANG – Potensi wisata di sisi timur kabupaten Bantul coba dilirik oleh warga Padukuhan Singosaren, Wukirsari, Imogiri, Bantul. Masyarakat di wilayah tersebut mengembangkan obyek wisata Watu Gagak yang dulunya hanya merupakan sebuah bukit tandus berbatu. Berkat upaya itu, kini wilayah itu pun semakin hidup.

Padukuhan Singosaren memang dikenal dengan wilayah yang berupa perbukitan berbatu. Namun di balik itu ada potensi wisata. Yakni pemandangan alamnya. Hal itulah yang kemudian dikembangkan oleh masyarakat sekitar.

Pengembangan wisata Watu Gagak terhitung sejak 2018 lalu. Bermula dari keinginan masyarakat Singosaren untuk membuat destinasi wisata dan memanfaatkan lahan yang kurang produktif. Serta dengan harapan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Baca Juga: Mengunjungi Dusun Wisata Kerajinan Bambu Brajan di Minggir Sleman

Mendirikan destinasi wisata di atas perbukitan berbatu memang bukan hal yang mudah. Terlebih lagi pada masa-masa di tengah pandemi Covid-19. Pengelola Wisata Watu Gagak Juanedi mengaku, dalam upaya pengembangan wisata di wilayahnya bahkan sempat mengalami vakum dan baru tahun ini bisa diselesaikan.

Untuk diketahui, Watu Gagak merupakan destinasi wisata yang menawarkan keindahan alam. Di tempat ini wisatawan dapat melihat pemandangan kota Bantul hingga Kota Jogja. Di samping itu ada pula hidangan khas yang ditawarkan berupa bubur sore dan wedang uwuh. “Waktu paling pas menikmati pemandangan di Watu Gagak ada pada waktu sore dan malam hari. Tak jarang juga kami adakan live music di lokasi ini,” ujar Juanedi, Selasa (11/7/23).

Sementara itu, Lurah Wukirsari Susilo Hapsoro menyampaikan, pengembangan destinasi wisata Watu Gagak dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat. Seiring dibukanya destinasi wisata tersebut menurutnya juga cukup berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat.

Baca Juga: Bangun TPR di Semua Destinasi Wisata Sesuaikan Anggaran, Bangunan Dibuat Sederhana

Diakuinya, kawasan wisata Watu Gagak dulunya memang hanya berupa lahan tandus dan hanya bisa ditanami tanaman kacang, itupun hanya ketika musim penghujan saja. Namun usai dibentuk sebagai destinasi wisata, banyak masyarakat yang kemudian berprofesi sebagai pelaku usaha di tempat tersebut. Mulai dari pedagang, tukang parkir, hingga pengelola.

Dalam upaya pengembangan destinasi wisata di sisi timur kabupaten Bantul itu, Susilo mengaku juga mendapat cukup banyak dukungan. Mulai dari masyarakat sekitar, pemerintah kabupaten, dan pemerintah provinsi melalui alokasi dana keistimewaannya.”Ke depan akan kami tingkatkan sarana dan prasarananya agar wisatawan yang berkunjung ke sini bisa lebih nyaman,” terangnya.

Salah satu wisatawan asal Jakarta Della mengaku, destinasi wisata Watu Gagak memang memiliki pemandangan yang indah. Dari tempat tersebut ia bisa melihat hijaunya gugusan persawahan dan pemandangan perkotaan.”Destinasi wisata ini saya akui sangat indah, cocok untuk healing,” katanya. (inu/pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)