Neutron Yogyakarta

TPTS Piyungan Kembali Ditata

TPTS Piyungan Kembali Ditata
MENUMPUK: Tumpukan sampah pedagang kaki lima terlihat menumpuk di kawasan Alun-Alun Kidul kemarin (17/7). Penumpukan sampah ada di wilayah Jogja karena TPST Piyungan ditutup selama dua hari. (ELANG KHARISMA/RADAR JOGJA)

RADAR MAGELANG – Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul kembali dilakukan penataan. Hal ini karena volume sampah yang sudah penuh, termasuk di zona transisi.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIJ Kuncoro Cahyo Aji mengatakan, penutupan TPST Piyungan sudah dilakukan sejak Minggu (16/7) hingga kemarin (17/7). Menurutnya, ini rutin dilakukan karena melihat kondisi lapangan. “Ya seperti biasa kalau hari-hari tertentu ya harus kita tata. Supaya nanti bisa maksimal dalam pelayanan,” katanya kemarin.

Kuncoro menuturkan, penataan sampah dilakukan dengan cara dipadatkan menggunakan alat berat. Harapannya akan membuat masa TPST bisa lebih panjang. Sebab penuhnya sampah, diduga karena hujan selama dua hari terakhir. Membuat berat sampah menjadi lebih tinggi dari biasanya. Sebab selama musim kemara, kapasitas TPST per hari mencapai 750 ton.

“Karena hujan kemarin, memang beratnya agak tinggi karena ada airnya. Istilah habis (masa TPST, Red) dan tidak kan sangat bergantung pada kondisi yang ada di lapangan,” ujarnya.

Namun demikian, air lindi dari tempat pembuangan sampah dinilai masih bisa terkontrol. Pun ketika terjadi kebocoran, dipastikan untuk segera dilakukan pembenahan.

Sebagai upaya mengurangi sampah yang dibuang ke TPST Piyungan, dia mendorong hal tersebut bisa diselesaikan di tingkat kalurahan. Tahun ini, DLHK mendorong ada sekitar 10 desa dan 10 kelurahan yang akan menjadi percontohan mandiri untuk kelola sampah.

Menurutnya, kebijakan zero sampah anorganik dengan pemilahan sampah dari rumah tangga yang diterapkan Kota Jogja cukup efektif. Untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPST. “Tetapi juga itu tetap menjadi persoalan ketika kita tidak mengurangi sampah,” tuturnya.

Sementara itu, Sub Koordinator Kelompok Substansi Penanganan Persampahan DLH Kota Jogja Mareta Hexa Sevana mengatakan, adanya penutupan TPST Piyungan membuat depo di Kota Jogja ditutup. Di antaranya Depo Kebun Raya, Pengok, Dukuh, Purawisata, Utoroloyo, Lapangan Karang dan Ngasem, serta TPS Sisingamangaraja. Sebab kapasitas depo di Kota Jogja hanya bisa menampung tumpukan sampah sehari. “Terpaksa kami tutup dengan terpal atau pagar,” ujarnya.

Selain karena sudah penuh, penutupan depo dilakukan dengan mempertimbangkan adanya kendala pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir. “Kami baru bisa membuka depo jika sudah ada info dari TPA bahwa di sana sudah bisa membuang sampah,” katanya.

Pantauan Radar Jogja di Depo Purawisata, kondisi sampah tidak ada yang menumpuk. Namun, ada penumpukan sampah terjadi di beberapa TPS seperti di Hayam Wuruk, Langensari, dan Mangunsarkoro yang belum dapat dijaga secara maksimal. Serta beberapa ruas jalan yang menjadi tempat pembuangan sampah liar.

“DLH telah melakukan koordinasi dengan petugas jaga depo maupun TPS untuk memberikan imbauan kepada masyarakat terkait penutupan TPA,” sebutnya. (wia/lan/eno)

Lainnya

Exit mobile version