Neutron Yogyakarta

84 Koperasi di Bantul Kondisi Sekarat

84 Koperasi di Bantul Kondisi Sekarat
Kepala DKUKMPP Bantul Agus Sulistiyana.(IWAN NURWANTU/RADAR JOGJA)

RADAR MAGELANG – Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Bantul mencatat ada puluhan koperasi sedang dalam kondisi tidak sehat atau sekarat. Opsi optimalisasi atau pengobatan hingga pembubaran pun disiapkan terhadap koperasi-koperasi yang sakit tersebut.

Kepala DKUKMPP Bantul Agus Sulistiyana mengatakan, pihaknya mencatat ada 84 koperasi di Bantul yang sudah sekarat kondisinya. Beberapa koperasi diantaranya bahkan memerlukan penanganan yang cukup serius.

Agus menyebut, penyebab puluhan koperasi di Bantul sekarat ada banyak hal. Mulai dari kepengurusan yang tidak aktif, pengurus yang sudah lanjut usia, hingga koperasi yang tidak pernah melakukan rapat anggota tahunan (RAT).
“Tahun ini sudah kami petakan. Kami akan petakan dari 84 koperasi itu mana yang bisa dibubarkan, disuntik, atau diobati agar bisa menjadi kelompok yang sehat,” ujar Agus saat ditemui di kantornya, Jumat (21/7/23).

Baca Juga: Koperasi di Jogja Harus Bisa Hadapi Tantangan Perubahan Zaman

Menurut Agus, optimalisasi koperasi-koperasi sekarat di Bantul sangat perlu dilakukan. Sebab kehadirannya tidak sekedar membantu permodalan UKM. Namun juga menjadi bagian sektor riil untuk mendukung agar produk dari produsen bisa didapatkan oleh konsumen.
Ia menyatakan, dalam upaya mendukung optimalisasi koperasi tersebut pihaknya akan memprioritaskan koperasi di sektor riil terlebih dahulu. Agar kemudian produk-produk UKM bisa naik kelas. Lalu meningkatkan ekspor produk dari kabupaten Bantul ke luar negeri.
“Koperasi selain bermanfaat terhadap permodalan bagi UKM juga menyiapkan bahan baku. Sehingga ekosistem usaha bisa terwujud disitu,” terang Agus.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyampaikan, koperasi merupakan organisasi ekonomi yang fungsi utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Dalam upaya menyejahterakan anggota, tentu koperasi menyelenggarakan berbagai usaha dan layanan sesuai kebutuhan anggota.

Menurut Halim, hal itulah yang diterapkan di negara-negara maju. Sehingga sebuah koperasi pun memiliki anggota yang jumlahnya ribuan, ratusan ribu, bahkan jutaan orang.  “Mereka menginsyafi bahwa kekuatan bersama adalah kunci sukses koperasi. Hal seperti itu yang harus kita contoh dan kembangkan di Indonesia,” ucapnya. (inu/bah)

Lainnya

Exit mobile version