RADAR MAGELANG – Kalurahan Bawuran, Pleret, Bantul dipilih sebagai lokasi pembangunan Monumen Antroposen. Tempat tersebut digadang-gadang sebagai pusat riset pengolahan sampah plastik yang memberikan solusi bagi lingkungan.
Arsitek Monumen Antroposen Dhoni Yudhanto mengatakan, material pembangunan Monumen Antroposen menggunakan batu bata, tegel, dan genteng yang terbuat dari olahan sampah kantong plastik. Melalui monumen tersebut, dia berharap nantinya dapat menjadi pusat pembelajaran dalam pengelolaan sampah.
Dhoni menyebut, proyek monumen Antroposen diinisiasi oleh Iwan Wijono dan Franziska Fennert dengan pembiayaan dari Kementerian Luar Negeri Jerman dan Gothe-Institut. Dalam proyek pembangunannya menghabiskan dana tak kurang dari Rp 2,5 miliar.
“Harapannya dengan adanya monumen ini dapat menjadi pusat pembelajaran. Sehingga di tempat lain dapat melakukan pemrosesan sampah dengan metode yang sama secara masif dan sporadis,” ujar Dhoni Rabu (26/7/23).
Baca Juga: Jogja Darurat Sampah, Pasar Kangen 2023 Larang Penggunaan Styrofoam
Dia menuturkan, untuk membuat satu blok batu bata dibutuhkan sedikitnya enam kilogram sampah kantong plastik. Dalam proses pembuatannya sampah plastik pertama-tama dihancurkan dengan cara dicacah. Lalu dicetak dengan cara di press menggunakan sebuah alat.
Pengolahan sampah plastik dengan cara tersebut dinilai dapat membawa dampak yang signifikan dalam pengurangan sampah plastik. Selain itu juga bisa mendukung dari segi ekonomi jika dipasarkan dengan cara yang baik. “Jika diolah dengan teknologi yang tepat serta efektif, lalu didukung dengan pemasaran yang bagus, material ini bisa jadi alternatif dan komoditas pasar dengan harga yang bersaing,” bebernya.
Sementara itu, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyebut, adanya pengolahan sampah dengan cara tersebut akan membuka pemikiran masyarakat luas bahwa sampah bukan sebuah masalah. Pihaknya pun menyambut baik penggunaan teknologi mesin yang digunakan dalam proyek Monumen Antroposen. “Justru dapat menjadi faktor ekonomi baru untuk sistem ekonomi yang berputar atau circular economy,” katanya. (inu/eno)