RADAR MAGELANG – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan AHA Centre menggelar ASEAN Regional Disaster Emergency Exercise (Ardex) 2023 atau simulasi bencana tingkat Asia Tenggara. Kegiatan dilaksanakan di Stadion Sultan Agung, Bantul, kemarin (3/8).
Kabupaten Bantul dipilih menjadi tempat penyelenggaraan Ardex 2023 karena mempunyai potensi bencana yang disebabkan Sesar Opak wilayah DIJ. Simulasi melibatkan BNPB, TNI/Polri, tim medis, Basarnas, dan relawan. Simulasi diikuti 200 tim penanganan bencana gempa bumi berkekuatan 6,4 magnitudo. Terdiri atas 10 negara Asia Tenggara dan sembilan negara di luar Asia Tenggara.
Skenario simulasi dilakukan berurutan. Mulai kepanikan warga saat gempa bumi mengguncang. Dilanjutkan petugas gabungan yang mengevakuasi korban luka-luka akibat gempa. Kemudian bupati Bantul menetapkan status tanggap darurat, hingga pemberian bantuan dari negara lain.
Kepala Pelaksana BPBD Bantul Agus Yuli Herwanto mengatakan, gladi lapangan atau field training exercise ini untuk menguji pelaksanaan penanganan darurat di lapangan. Dalam geladi atau simulasi difokuskan penanganan SAR perkotaan (urban SAR) dan kedaruratan kesehatan (EMT). Kegiatan ini menggunakan skenario rencana kontigensi bahaya gempa bumi di Bantul.
Bantul merupakan wilayah yang penuh dengan potensi bencana alam, terutama gempa bumi. “Gempa bumi ini bencana yang tidak bisa diprediksi. Ada dua sumber gempa bumi, yakni Sesar Opak dan Megathrust,” kata Yuli kepada wartawan.
Pihaknya juga menyertakan personel dan menyiapkan berbagai perlengkapan. Diikutsertakan pula tim pemadam kebakaran (damkar) karena adanya potensi bencana kebakaran akibat gempa bumi.
BPBD juga melakukan simulasi penerimaan bantuan dari berbagai negara. Sebab jika terjadi gempa bumi dengan skala besar, maka bantuan itu sangat dibutuhkan. “Kami punya peralatan kesehatan dan sarana prasarana yang sangat terbatas. Tentu kami akan meminta bantuan lewat level provinsi, nasional, sampai level internasional,” tandas Yuli. (tyo/laz)