Neutron Yogyakarta

Sejumlah Siswa Eks SDN Tepus Telantar

Sejumlah Siswa Eks SDN Tepus Telantar
SEKARANG BERHENTI - Kendaraan pelat merah Kijang warna biru nopol AB 1061 AD, saat mulai beroperasi wara wiri jemput antar pelajar eks SDN Tepus 2. Dokumen Radar Jogja

RADAR MAGELANG – Orang tua dan wali murid eks SDN 2 Tepus, Kapanewon Tepus merasa kecewa dengan kebijakan Pemkab Gunungkidul. Itu karena program jemput antar untuk siswa yang terkena regrouping terhenti di tengah jalan gara-gara kendala bahan bakar minyak (BBM). Praktis sejumlah pelajar terpaksa jalan kaki menyusui Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).

Fasilitas jemput antar  eks murid SDN Tepus 2 ini merupakan program dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Gunungkidul. Sebagai bentuk kehadiran negara dalam memfasilitasi peserta didik yang terdampak regrouping kurang lebih pada satu tahun silam.

Mobil pelat merah “Kijang” warna biru nopol AB 1061 AD, mulai beroperasi jemput antar jke SDN Sumberwungu II sejak 12 September 2022. Namun baru berjalan sekitar satu bulan dihentikan sepihak. Sejak saat itu hingga sekarang kendaraan itu tidak beroperasi.

Seorang wali murid Yatmin mengatakan,  program jemput antar pelajar eks SDN 2 Tepus berhenti sejak lama. Bahkan sejak awal pelajar dari Trosari, Gembuk sama sekali tidak pernah mendapatkan fasilitas tersebut.”Hanya janji-janji saja (pemerintah),” kata Yatmin saat dihubungi kemarin (7/8).

Terang saja sejak saat itu kegiatan belajar mengajar anak menjadi terganggu. Karena keterbatasan, tidak jarang anak-anak menjadi terlantar. Kadang diantar guru, dan diantar tetangga.”Tidak jarang anak saya jalan kaki sekitar satu kilometer meter menyusuri JJLS,” ujarnya.

Dia mengaku kecewa karena janji pemerintah ternyata tidak sesuai dengan harapan. Lebih mengecewakan lagi, pihak terkait tidak menyampaikan pemberitahuan bahwa program jemput antar dihentikan.”Kami jadi bertanya-tanya. Nek mboten klentu riyen ngoten. Nyatane zonk (kalau tidak salah dulu begitu (antar jemput). Ternyata zonk,” ucapnya.

Pihaknya sempat mencari tau kenapa program antar jemput dihentikan. Informasi didapat, kendaraan rusak. Kabar lain menyatakan bahwa kendaraan dinas itu kehabisan BBM.
Kan onten anggarane kok mboten didandani (kan ada anggaran kok tidak diperbaiki),” keluhnya.

Sementara itu anggota Komite SD Sumberwungu II Sugiran menyampaikan, kendaraannya ada namun tidak digunakan. Dari informasi yang diperoleh kendaraan kehabisan BBM.”Sebenarnya ada anggaran (BBM) Rp 200 ribu satu minggu. Tapi ambil BBM harus ke Selang (Wonosari) jaraknya cukup jauh,” kata Sugiran.

Dia membenarkan keluhan wali murid yang menyatakan tidak ada pemberitahuan soal terhentinya program jemput antar siswa. Pihaknya juga tidak menampik sejak satu tahun terakhir anak-anak kebingungan menuju sekolah.”Jarak tempuh hampir dua kilo meter jalan kaki,” bebernya.

Ditanya mengenai harapan kepada pemerintah, warga mengaku sudah bosan dengan janji-janji. Sampai anak-anak lulus ternyata program jemput antar tidak jalan.
Masyarajat jenuh dan menilai mobil antar jemput bukan solusi.”Pertama di-regrouping ke SDN Sumberwungu II, murid eks SDN 2 Tepus ada 21 anak. Empat anak sudah lulus sekarang tinggal 16 siswa,” terangnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Gunungkidul Nunuk Setyowati belum bisa berbicara jauh terkait keluhan wali murid. Namun mengacu pada laporan, program antar jemput masih berjalan.”Maaf saya sedang diklat, bisa konfirmasi ke pak sekdin,” ujarnya.

Radar Jogja berusaha menghubungi Sekdin Disdik Kabupaten Gunungkidul Taufik Aminudin. Namun hingga berita ini diturunkan belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut. (gun/din)

Lainnya