Neutron Yogyakarta

Djoko Pekik Diantar dengan Kegembiraan

Djoko Pekik Diantar dengan Kegembiraan
Seniman seni rupa Djoko Pekik dimakamkan di Kompleks Makam Seniman Girisapto, Imogiri, Bantul, Minggu (13/8/23).

RADAR MAGELANG – Seniman seni rupa Djoko Pekik dimakamkan di Kompleks Makam Seniman Girisapto, Imogiri, Bantul, Minggu (13/8/23). Ribuan orang mengantar kepergian sang maestro ke peristirahatan terakhirnya. Termasuk di antaranya kolega sesama seniman dan budayawan.
Sekitar pukul 14.00, jenazah Djoko Pekik sudah tiba di Makam Seniman Girisapto, setelah dibawa dari rumah duka di Padukuhan Sembungan, Kalurahan Bangunjiwo, Kasihan, Bantul.

Setibanya di Makam Seniman, Girisapto,jenazah Djoko Pekik tidak langsung dimakamkan. Ada prosesi peribadatan doa terlebih dahulu yang mengiringi  sebelum dimakamkan. Tepat pada pukul 14.30 WIB Djoko Pekik dikebumikan di liang lahatnya.Dalam prosesi penguburannya, diiringi doa oleh para keluarga.

Sesampainya di area pemakaman, beberapa orang mengangkat peti berwarna putih yang berisi jasad Djoko Pekik. Selanjutnya, iring-iringan berjalan menaiki anak tangga untuk menuju ke pusara. Dalam iring-iringan tersebut, seorang wanita berpakaian kebaya berwarna putih menari sembari membunyikan lonceng kecil. Di belakang wanita itu, tampak seorang berpakaian badut berwarna merah dan putih membawa lukisan potret diri Djoko Pekik.

Baca Juga: Djoko Pekik Sempat Jadi Penjahit Demi Bisa Melukis, Dibully Sesama Seniman Akibat LEKRA

Di belakang badut tersebut, berjalan rombongan keluarga besar Djoko Pekik yang kompak mengenakan kaus berwarna merah. Sementara di paling belakang adalah petugas yang mengangkat peti jenazah.Penggunaan kaus oblong berwarna merah dengan ilustrasi potret Djoko Pekik berwarna hitam di bagian depan. Itu ternyata adalah permintaan dari mendiang sang pelukis.

Anak pertama Djoko Pekik, Petrus Gogor Bangsa mengatakan, kaus yang digunakan ini merupakan kaus yang sama saat dipakai keluarga Djoko Pekik dalam pembukaan pameran tunggal di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) pada Maret 2022. “Pak Pekik pernah berpesan kalau pas di pemakaman beliau, kaus ini dipakai lagi oleh anak, cucu, dan buyutnya,” katanya kepada wartawan.

Menurutnya, kaus berwarna merah ini menjadi wujud antusiasme dan kegembiraan. Maka dari itu, kepergian Djoko Pekik bukanlah hal yang menyedihkan. Kaus merah ini tanda antusias dan kegembiraan, bukan hal yang menyedihkan. “Jadi jangan kematian itu dianggap sebagai hal yang menyedihkan,” ujarnya.

Baca Juga: Gending Tlutur Iringi Pemberangkatan Jenazah Djoko Pekik ke Makam Seniman Girisapto Imogiri

Gogor menambahkan, sebelum meninggal, sang ayah juga berpesan kepada anak dan cucunya untuk senantiasa rukun dan menjaga apa yang telah ditinggalkan Djoko Pekik.
Ya, semangat seorang Djoko Pekik benar-benar tak akan mati. Terlihat dari ratusan seniman yang hadir saat melayat di Plataran Djoko Pekik di Dusun Sembungan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Mereka mengantarkan kepulangan terakhir sang maestro dengan cara yang unik, berupa unjuk karya dan pementasan karya. Seolah menggambarkan, raga Djoko Pekik telah pergi tapi jiwanya abadi.

Kesan saat melayat seakan jauh dari kata sedih. Upacara penghormatan bagi Djoko Pekik ini seakan menjadi ajang berkumpulnya para seniman. Para pelukis berkarya lukisan dengan menghadirkan Djoko Pekik dalam goresan lukisan. Sementara para seniman pertunjukan hadir dengan karya musik, teatrikal hingga puisi.

“Inisiatif dirayakan dengan senang-senang, sehingga kolaborasi dari manapun, menghubungi seniman tari, musik dan terutama paraa perupa. Ini jawil dari semua grup, ada perupa Jogja, Mojokerto , lalu akademisi, ada juga dari Jakarta,” jelas pelukis Bambang Heras.
Heras menuturkan, inisiatif ini sebagai wujud penghormatan terakhir kepada Djoko Pekik. Selain itu, juga mewarisi kebiasaan srawung pelukis berusia 85 tahun tersebut.Sosok Djoko Pekik memang terkenal dengan semua seniman.

Baca Juga: Butet Kartaredjasa: Djoko Pekik Itu Mentor dan Orang Tua Bagi Anak-Anak Muda

Karya-karya on the spot para seniman nantinya akan dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY). Khususnya karya-karya lukis dari para pelukis lintas genre dan usia yang terlibat. Tepatnya setelah peringatan 40 hari Djoko Pekik mendatang.

Selain melukis on the spot, puisi dan musik. Adapula alunan gamelan. Dipimpin langsung oleh pendiri Omah Cangkem dan Acapella Mataraman Pardiman Djoyonegoro.Pardiman menuturkan ada permintaan khusus dari keluarga Djoko Pekik. Berupa gending Tlutur saat jenazah akan diberangkatkan dari rumah duka ke Makam Seniman Girisapto di Imogiri Bantul. Tlutur, juga merupakan wasiat khusus dari Djoko Pekik kepada anak-anaknya.(tyo/cr3/dwi/din)

Lainnya