SLEMAN – Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta bersama Pemkab Sleman meresmikan TPS Terintegrasi Sinduadi Gumregah Gayeng Regeng di Mlati, Sleman. Salah satu teknologi yang dikembangkan dalam pengelolaan sampah adalah aplikasi teknologi penghilang bau.
Dosen Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik UGM Wiratmi mengatakan, munculnya bau menyengat dari sampah disebabkan oleh banyaknya kandungan air dalam sampah. Lalu terkontaminasi oleh bakteri.
“Kita buat teknologi untuk memeras cairan dalam sampah yang biasa kandungan airnya bisa mencapai 70 persen,” ungkapnya kemarin (14/8).
Teknologi lain yang dikembangkan adalah cairan sampah yang masuk ke mesin bioreaktor untuk diubah menjadi pupuk cair. Kemudian diolah dengan kondisi tertutup sehingga mampu mengurangi bau sampah.
“Keuntungan lainnya volume padat bisa lebih kecil, sehingga kita tidak perlu ruangan lebih besar untuk kelola sampah jadi kompos atau maggot. Kita juga memasukkan teknologi aerasi dengan memasukkan oksigen, sehingga bisa menghasilkan pupuk cair secara cepat, baik dan tidak meninggalkan bau,” paparnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni UGM Arie Sujito mengatakan, UGM memberikan perhatian khusus pada persoalan sampah di DIJ. Buntut ditutupnya TPST Piyungan, Bantul yang berdampak kepada hampir seluruh lini kehidupan masyarakat.
“Sampah menjadi perhatian kita untuk bersama-sama memecahkan masalah itu, bahkan bisa memunculkan inovasi yang tumbuh antara kampus dan komunitas,” ujarnya
Sementara itu, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengatakan, TPS Terintegrasi Mandiri ini merupakan hasil kerja sama dengan kampus UGM sebagai percontohan dalam pengelolaan sampah mandiri di Sleman. Khususnya di tingkat kalurahan.
Ditutupnya TPST Piyungan, menurutnya, bisa menjadi momentum bagi pemda dan Pemerintah Kalurahan untuk bergerak bersama-sama dalam masalah sampah. “Kita ingin sampah bisa dikelola dan diselesaikan di tingkat kalurahan. TPS ini menjadi pilot project di Sleman,” ujarnya. (lan/laz)